Bermodalkan Biayai Pemdes, Tidurpun Beralaskan Kardus

BERITABETA, Ambon – Mengukir prestasi olahraga di tingkat Nasional adalah sebuah kebangaan. Apalagi, prestasi itu diukir atas nama daerah asal, tentunya suport pemerintah daerah sangat diperlukan.

Pendanaan, fasilitas dan sarana penunjang lainnya, wajib disentuh oleh pemerintah daerah.  Ketika prestasi itu diraih nanti, pastinya nama daerah akan terbawa harum.

Ironisnya, perlakuan itu tidak dialami oleh puluhan anak yang tergabung dalam tim sepak bola U-12 asal Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).  Mereka bahkan merana sepanjang kompetisi, padahal mereka terpilih  mewakili Provinsi Maluku di kompetisi  berjenjang Piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) 2018, di Kota Balikpapan.

Tim yang terdiri dari 20 remaja  dibawah asuhan pelatih As Kay itu, berangkat ke Balikpapan hanya mengandalkan biaya dari pemerintah Desa Batumiau, Kecamatan Leti, Kabupaten MBD.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku tidak memberikan bantuan sepersen pun kepada tim yang menggalahkan tim U-12 Tulehu, Maluku Tengah di babak final dengan skors 6-0 itu.

“Mulai dari kita pergi sampai pulang tidak ada sedikitpun perhatian dari Pemprov Maluku, baik soal dana, transportasi maupun tempat tinggal. Kami hanya mengandalkan dana bantuan pemerintah desa kami,” ungkap pelatih As Kay kepada wartawan di Ambon, pekan lalu.

Belasan anak Maluku yang tergabung dalam Tim U-12 asal Maluku , saat tidur beralaskan kardus di rumah warga saat berada di Kota Balikpapan

Kay menuturkan, keberangkatan tim sepak bola yang diasuhnya itu, hanya bermodalkan pakaian dan kostum seadanya.  Tim sepak bola U-12 Maluku ini kemudian bertemu dengan lawan tanding dari berbagai provinsi. Ironisnya,  sejumlah tim dari berbagai daerah difasilitasi dan dibiayai langsung oleh pemerintah daerah masing-masing. Baik diri sisi pendanaan, perlengkapan, akomodasi dan transportasi dan lain sebagainya.

Penderitaan tim asal bumi Kalwedo ini tidak hanya sampai disitu. Saat berada di Kota Balikpapan,  Tim U-12 asal MBD harus menumpang di rumah warga asal MBD yang berada di Kota Balikpapan, dan tidor diatas kardus, sehari sebelum bertolak ke Ambon.

Walaupun gagal untuk maju ke babak selanjutnya, namun tim U-12 asal MBD pulang dengan sukacita.  Tim pulang diselimuti rasa kekecewaan kepada Pemprov Maluku dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olahraga Maluku.

Kay mangatakan,  Dispora atas nama Pemerintah Provinsi Maluku sangat menjatuhkan kredibilitas Provinsi Maluku di bidang olahraga,  khususnya sepak bola.

“Saya harus sampaiakan bahwa Maluku ini punya gudang pesepak bola,  namun perhatian pemerintah sangat minim bahkan tidak ada,”  tandasnya.

Dibeberkan, kondisi yang dialami  anak-anak yang berangkat demi mengharumkan  nama Maluku sangat memprihatin. Padahal, sebelumnya  pada seleksi ditingkat Kabupaten MBD,  mereka mendapat perlakuan yang cukup luar biasa,  tetapi ketika bertanding atas nama Maluku,  mereka diterlantarkan hingga di Kota Balikpapan.

“Kami seakan dipermainkan oleh Pemprov Maluku,   saat berangkat ke Balikpapan pihak  Dispora Maluku hanya  menyuruh kami berhutang tiket perjalan pergi dan pulang, ini namanya pembiaran dan memasung prestasi anak-anak di bidang olahraga,”ucapnya.

Untuk itu, As Kay  berharap agar keberadaan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora ) Maluku yang dijabat Semy Huwae dapat dievaluasi.  Sebab, pejabat yang membidangi OPD di bidang olahraga, harusnya peka dan memiliki kepedulian untuk kemajuan dunia olahraga di Maluku, khususnya sepak bola. (BB/DP)