BERITABETA.COM, Ambon – Sebuah video yang beredar di dunia maya membuat heboh warganet di Maluku. Video yang berisi Gubernur Maluku Murad Ismail membentak salah satu perempuan itu menjadi viral dan mengundang ragam pendapat.

Dari hasil penelusuran, diperoleh informasi kejadian tersebut terjadi pada tahun 2019, tepatnya saat iring-iringan rombongan Presiden RI Joko Widodo menuju ke Desa Tulehu untuk bertemu dengan pengungsi korban gempa bumi.

Salah satu warga bernama Ema Siloy kepada beritabeta.com, Kamis malam (6/5/2021) mengaku kejadian tersebut terjadi di jalan raya Desa Passo pada tahun 2019 silam.

Ema yang menjadi saksi mata atas kejadian itu membeberkan,  saat itu Gubernur Maluku Murad Ismail marah lantaran sikap salah satu perempuan, yang berusaha menghentikan mobil yang ditumpangi Gubernur Maluku bersama sejumlah pejabat yang berada di belakang rombongan Presiden Jokowi.

Perempuan yang diketahui merupakan salah satu staf protokol istana itu meminta iring-iringan mobil yang ditumpangi sejumlah pejabat, agar memberikan jalan agar mereka bisa berada di depan.

"Staf protokol  perempuan itu memang keterlaluan. Ini  kalau menurut beta (saya). Masakan dia larang pejabat daerah termasuk istri pak Murad waktu itu, tidak boleh masuk ikut rombongan pak Presiden.  Padahal, saat itu ada sejumlah menteri. Nah dia menahan mereka, makanya membuat Pak Murad marah dan membentaknya,” urainya.

Hal yang sama juga disampaikan Sekda Maluku Kasrul Selang, kepada wartawan usai membuka launching pelepasan sembako peduli Maluku Tahun 2021 di halaman parkir kantor Gubernur Maluku Kamis (6/05/21).

Sekda mengungkapkan video tersebut adalah video lama saat  kunjungan Presiden RI Jokowi saat ke desa Tulehu untuk melihat masyarakat yang terdampak gempa di Maluku.

Menurut Sekda, di tengah jalan mobil Presdien RI kemudian berhenti karena ingin menyapa para warga yang ada di tepi jalan.

Pada saat yang bersamaan, salah satu protokol istana kemdian menghalangi  mobil Gubenur Maluku yang berada di belakang sehingga terjadi perdebatan.

"Ibu itu bukan masyarakat yang ada disitu, tapi adalah seorang protokol istana,"tegas Kasrul.