BERITABETA.COM, Ambon - Komisi IV Provinsi Maluku melakukan On The Spot atau kunjungan ke RSUD Haulussy, guna membicarakan sejumlah persoalan yang terjadi di RSUD Haulussy.

"Kami telah melakukan pengawasan di RSUD Haulussy. Meski tanpa kehadiran Direktur, namun kami sudah bicarakan dengan tim juknis mengenai pembayaran insentif Nakes Covid,"kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku Rovik. A. Afifudin kepada wartawan di RSUD Haulussy Ambon, Rabu (5/4/23).

Menurut Rovik, masalah terakhir itu awalnya ada pada PPTK yang tidak bersedia, tetapi dari keterangan yang diberikan mereka bahwa PPTK sudah bersedia.

"Saya tunggu sampai sore ini dan mudah-mudahan semua berjalan dengan baik, tinggal kesediaan PPTK. Kalau sudah ok, maka semua tinggal dijalankan sesuai dengan rencana mereka di tanggal 12 April 2023,"ujar Rovik.

Rovik menegaskan sebenarnya masalah ini butuh kebijakan baik dari seorang pemimpin. Sekiranya jika nanti Direktur balik dari Jakarta, tinggal tanda tangan saja dan langsung dibayarkan.

"Mudah-mudahan sebelum Ramadhan ini sudah bisa selesai dan dibayarkan,"tegasnya.

Rovik menambahkan jika dilihat dari penjelasan tim juknis tadi sudah tidak ada masalah. Semua masukan inspektorat sudah diperbaiki dan disosialisasikan serta ditanda tangani berita acaranya.

Selain itu, Rovik juga mengungkapkan mengenai Gedung Bedah Sentral Operasi ICU dan ICCU (Gedung E) ini ada beberapa perubahan perencanaan dari awalnya yang cuma rehab, kemudian diperintahkan untuk di bongkar dan dibangun ulang.

Menurut Rovik, keterlambatannya itu ada pada penyedia yang kontraknya agak lama. Seterusnya, berjalan hingga angka 31 Milyar, dengan pekerjaan senilai 75 persen bangunan ini.

Kemudian, Pekerjaan diputus kontraknya dan dilanjutkan tahun 2022 dan ternyata apa yang kita lihat dari sisi estetikanya bangunan ini tidak bagus.

"Inikan tempat operasi, ICU, seharusnya dibikin yang bagus-bagus. Dari kwalitasnya, pintu-pintu sudah hancur dan rusak,"ungkapnya.

Sementara itu, Kata Rovik, karena terjadi perubahan, maka pekerjaan ini masih kurang 10 milyar untuk penyelesaian fisik. Bahkan, kalaupun ditambah 10 milyar, bangunan ini belum bisa digunakan karena masih butuh uang sekitar 40-50 miliar untuk kebutuhan dalam ruangannya.

"Meskipun ditambah, bangunan ini tidak bisa difungsikan karena tidak ada peralatannya didalam,"kata Rovik.

Rovik menjelaskan intinya dari awal perencanaannya tidak dilakukan dengan baik.

"Ini asal bangun dan tidak membuat perencanaan dengan baik. Nanti setelah kita lihat perkembangannya jika selesai baru kita lihat bagaimana dengan peralatannya,"jelasnya (*)

Pewarta : Febby Sahupala