BERITABETA.COM, Bula – Air bersih menjadi barang yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Jika tak ada air bersih tentu setiap orang akan mengalami kesulitan yang luar biasa.

Fenomena inilah yang dialami warga Dusun Air Kampung, Negeri Amarlaut, Kecamatan Wakate, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku.

Apa yang terjadi disana? Warga di dusun itu baru bisa bersuka ria, jika musim hujan tiba. Mereka menampung air hujan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pasalnya, di dusun itu tidak ada sumber air bersih.

Saat ini, kondisi mereka sangat memprihatinkan, menyusul musim kemarau melanda daerah itu. Air hujan tak ada, warga dusun terpaksa menyeberang laut ke kampung tetangga untuk mengambil air bersih.

Kesulitan ini akhirnya diungkap salah satu warga Dusun Air Kampung, Ramadani Rumailili. Melalu akun Facebooknya, Ramadani curhat soal kondisi yang warga di dusunnya yang harus bersusah payah menuju kampung seberang mengambil air bersih menggunakan perahu ketinting.

“Mulai dari zaman penjajahan sampai skarang, kami  hanya mengunakan air hujan. Itupun kalau sudah datang musim hujan,” ungkap Ramadani ketika dihubungi beritabeta.com via telepon selulernya, Senin sore (11/9/2023).

Ia menuturkan, warga sekitar setiap hari harus menyebrang ke kampung induk Negeri Amarlaut untuk mengambil air bersih.

“Kita biasanya beli 1 gen ukuran 20 liter seharga  Rp. 10.000. Kalau punya uang belih biasanya warga membeli bensin 10 liter dengan harga Rp 200.000 untuk bahan bakar perahu ketinting menggambil air bersih di Negeri Kildor, Kilyaur atau ke Negeri Utta. Bahkan sampai ke kota kecamatan,” beber dia penuh pilu.

Ramadani mengaku untuk kebutuhan mandi sehari-hari warga di dusunnya terpaksa menggunakan air asin.

“Kalau musim kemarau begini, terpaksa mandi pakai air asin,” ungkapnya.

Ditanyai soal bantuan pemerintah daerah, Ia mengaku sebelumnya pernah diupayakan untuk menggali sumur secara manual tapi hasilnya diperoleh air yang masih asin.

“Tahun 2018 itu dari  Dinas PU dan  konsultan sudah kesini cari  sumber air bersih di Negeri Amarlaut dan mereka sudah mengukur jaraknya. Tapi sampai detik ini tidak ada hasil. Pemda hanya janji palsu,” katanya kesal.

Menutup pembicaraan dengan wartawan beritabeta.com, Ramadani berharap Pemerintah Kabupaten SBT dapat melihat masalah krisis air yang dialami warga dusun ini.

“Harapan kami semoga Pemda SBT bisa punya rasa kepedulian dan punya jiwa kemanusian atas penderitaan masyarakat yang  selama ini menderita dengan  kebutuhan vital yang sangat mendasar ini,” tutup dia (*)

Editor : dhino pattisahusiwa