Oleh: Julius R. Latumaerissa

Murad Ismail, yang dikenal sebagai Gubernur Maluku hasil Pemilukada 2019, adalah sosok Gubernur yang selalu mengukir sejarah dalam periode kepemimpinannya, terlepas dari apakah itu positif atau negatif sangat tergantung dari cara kita rakyat Maluku memandangnya.

Melihat perkembangan dinamika pembangunan dan perjalanannya sampai saat ini telah menggelitik saya untuk membuat catatan singkat ini, yang saya sebut Gubernur fenomenal dan kontroversial.

Saya punya alasan tersendiri untuk mengatakan beliau fenomenal dan kontroversial. Saya adalah salah satu diantara sekian orang yang sering memberikan catatan-catatan kritis  terkait dengan kebijakan dan kinerja beliau sebagai Gubernur, dan bukan sebagai Murad Ismail pribadi.

Catatan-catatan saya tersebut saya berikan melalui berbagai media, pada saat beliau dalam posisi Full Power secara politis, dimana beliau selain sebagai Gubernur dan juga sebagai Ketua Partai yang sedang berkuasa (Ketua DPD PDI-P) Provinsi Maluku.

Saat dimana catatan-catatan kritis itu saya sampaikan, dalam ingatan saya banyak sekali politisi, masyarakat, aktivis, bahkan opportunis dan avonturir politik di Maluku yang menyerang saya, dengan berbagai macam argumentasi yang terkadang bagi saya hal itu seperti sebuah lelucon yang sedang dipertontonkan.

Namun ketika Murad Ismail diberhentikan sebagai Ketua DPD PDIP Maluku sebagai akibat prahara internal PDIP Maluku, dan beliau berada dipenghujung masa bhakti sebagai Gubernur Maluku, saya melihat adanya fenomena yang lain dimana para pendukung atau loyalis, oportunis dan avonturir politik di Maluku mulai menunjukan taring yang tumpul menurut saya.

Taring tumpul yang saya maksudkan adalah banyak sekali misteri tersembunyi yang diungkap, mulai dari janji politik yang tak terealisasi, kebijakan-kebijakan pembangunan dan penganggaran bahkan aspek-aspek yang sifatnya menyerang pribadi beliau.

Pada titik ini saya katakana bahwa beliau sosok kontroversial tetapi juga fenomenal. Mengapa ketika beliau pada posisi Full Power, misteri-misteri ini tidak didendangkan tetapi justru diam seribu bahasa, namun pada saat beliau secara politis terjadi reduksi kekuatan politiknya di penghujung kekuasaannya baru muncul hujatan-hujatan secara terang-terangan dari para loyalis sendiri.

Statemen Wagub Maluku pada saat Paripurna DPRD membahas LKPJ Gubernur Maluku tahun 2022 bagi saya sangat lucu dan mubasir. Yang benar adalah ketika hujatan, kritikan dan apapun istilahnya, harus dilakukan pada saat Murad Ismail dalam posisi Full Power secara politis, bukan seperti sekarang ini.

Kesimpulan saya Murad Ismail hebat, karena beliau mendapat banyak serangan pedas ketika sudah tejadi reduksi kekuasaan secara politik sebagai ketua DPD PDIP Maluku sebagai partai yag berkuasa.

Ada pepatah lama yang mengatakan “Seorang dikatakan hero ketika mengalahkan lawan dengan kekuatan lawan tersebut, bukan mengalahkan lawan dengan kelemahan lawan,”.

Selamat buat pak Murad Ismail, beliau benar-benar HEBAT, dan kehebatan beliau pada titik ini yang saya katakan fenomenal. Rakya Maluku selalu mengenang Beliau sebagai sosok controversial dan feenomenal (*)