Pelantun Widuri itu Telah Pergi, Selamat Jalan Bob Tutupoly
BERITABETA.COM - Kabar duka datang dari belantika musik Tanah Air. Penyanyi legendaris Bob Tutupoly meninggal dunia di usia 82 tahun. Pelantun lagu Widuri itu menghembuskan napas terakhirnya di RS Mayapada, pada Selasa pukul 00.00 WIB.
Kabar duka diketahui dari unggahan sejumlah musisi dan tokoh politik Tanah Air.
“RIP Oom Bob Tutupoly... Terima kasih untuk semua yg sudah Oom Bob berikan untuk kita semua.. Semoga lapang jalanmu menuju keabadian sejati.” tulis Stanley Tulung di unggahannya.
Stanley Tulung menyampaikan bahwa Bob Tutupoly meninggal dunia pada Selasa (5/7/2022) pukul 00.30 WIB.
Bob Tutupoly merupakan salah satu musisi senior dalam dunia musik Indonesia. Pria kelahiran Surabaya 13 November 1939 ini, lahir dengan nama Bobby Willem Tutupoly.
Bob Tutupoly adalah anak kedua dari lima bersaudara pasangan perantau asal Negeri Ouw, Saparua, Maluku, Adolf Laurens Tutupoly dan Elisabeth Wilhemmina Henket-Sahusilawane.
Bob memiliki seorang kakak yang bernama Christian Jacobus Tutupoly dan tiga orang adik yang bernama Alexander Bartjes Tutupoly, Hendrika Laurensia Tutupoly, dan Adolf Tutupoly Jr. (meninggal pada tahun 1947, saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta).
Ayahnya berdinas di Angkatan Laut sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan terus membela TNI ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya.
Bob dan keluarganya sempat berpindah ke Yogyakarta yang kala itu menjadi ibukota RI, sebelum akhirnya kembali ke Surabaya pada tahun 1953 dan memasuki bangku Sekolah Dasar di SD Pasar Turi.
Sejak kecil, Bob dan keempat saudaranya dididik dengan disiplin militer oleh sang ayah. Bakat seni Bob memang diwariskan dari kedua orang tuanya, ayahnya adalah pemain suling dan ibunya merupakan penyanyi di Gereja.
Bob Tutupoly kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Kristen Embong Wungu, Surabaya dan SMA Katolik St. Louis, Surabaya. Beliau sempat menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ekonomi Surabaya (Cikal bakal FE Universitas Airlangga) dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung namun kedua terhenti di tengah jalan.
Kegemaran Bob Tutupoly pada dunia tarik suara telah ditunjukkannya sejak kecil. Dirinya mulai bernyanyi untuk mendapatkan uang jajan tambahan di masa remajanya.
Ketika menjabat sebagai public relation di Restoran Ramayana (NY), Bob berkenalan dengan seorang penari Indonesia bernama Rosmayasuti Nasution (Yosie) yang sedang tampil di tempat tersebut. Bob Tutupoly melamar wanita tersebut pada tahun 1972.
Wanita itu merupakan None Jakarta 1972. Pada tanggal 15 April 1977, Bob dan Yosie resmi menjadi suami-istri di hadapan petugas catatan sipil. Pernikahan tersebut dihadiri oleh Adnan Buyung Nasution sebagai saksi atas keluarga Yosie dan Leo Lopusila sebagai saksi dari pihak Bob.
Sebelumnya mereka berdua harus menjalani persidangan selama sembilan bulan dikarenakan perbedaan keyakinan yang mereka anut. Putri semata wayang mereka lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1978 dan diberi nama Sasha Karina Tutupoly
Karir
Saat duduk di bangku SMA, Bob diajak bergabung dalam Kwartet Jazz di RRI Surabaya oleh Didi Pattirane. Bersama Didi Patirane, Bob juga merekam lagu-lagu daerah Maluku, seperti Mande-mande, Sulie, dan Donci Bagici. Rekaman tersebut difasilitasi oleh perusahaan rekaman milik negara, Lokananta.
Pada masa-masa itu, Bob juga diminta bergabung dengan Chen Brohers untuk mengisi acara dansa kalangan atas. Bob Tutupoly juga pernah tergabung di dalam Band Bhinneka Ria bersama dengan Bubi Chen, Loudy Item, Award Seweileh, Marius Diaz, Hasan Alamudin, dan Yusmin.
Bhineka Ria berhasil menjuarai festival band di Surabaya dan festival Band se-Jawa di Jakarta. Band ini juga sempat bermain bersama Trio Los Pancos dan merekam lagu Oto Bemo, Kopral Jono, dll, bersama dengan Jack Lesmana pada tahun 1960.
Ketika berkuliah di Bandung, Bob tergabung dalam grup Cresendo pimpinan Yongki Nusantara yang sering tampil di hotel-hotel serta beberapa klub malam kota Bandung.
Pada tahun 1963, band The Riders meminta dirinya menggantikan vokalis mereka saat itu, Bill Saragih, yang bekerja di Thailand. Bersama The Riders, Bob dapat tampil di Nirwana Super Club, Hotel Indonesia sebanyak 15 kali dalam sebulan.
Bob tidak hanya sering tampil di Hotel Indonesia, tetapi juga di TVRI dan tempat-tempat lain yang mengundangnya. Enteng Tanamal, pemimpin Band Panca Nada, mengajak Bob untuk merekam lagu-lagu Natal bersama Pattie Bersaudara di Remaco.
Selanjutnya, Bob pun mulai merekam berbagai lagu seperti Gunung Seribu Janji, Tak Mungkin Kulupa, Tiada Maaf Bagimu, dan Batu Nisan. Dia tidak hanya tampil di dalam negeri tetapi juga di Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Pada tahun 1966-1969, Bob meraih predikat sebagai Penyanyi Kesayangan Siaran ABRI. Selain itu, dia juga dianugrahi golden records (piringan emas) karena piringan hitamnya laku di pasaran.
Pada tahun 1969, Bob Tutupoly pindah ke Amerika Serikat atas tawaran dari grup Venturas (grup yang berisi orang Indonesia dan bermarkas di Los Angeles) yang berjanji akan mencarikan produser dan melakukan rekaman di negara tersebut.
Sayangnya kedua hal tersebut tidak terwujud. Bob malah bekerja paruh waktu di Yamaha Buena Park dan bergabung dengan The Midnighters untuk bernyanyi di San Fransisco dan Los Angeles. Bob pun akhirnya berpindah ke Las Vegas untuk bernyanyi di klub malam dan kasino-kasino yang ada di sana.
Di sana, Bob sempat merekam beberapa lagu seperti Hello LA dan Bye-Bye Birmingham yang tidak diedarkan. Di kota ini pula, beliau bertemu dengan Haryono, Direktur Utama Pelita (anak perusahaan Pertamina) yang memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi public relation dan penyanyi di Restoran Ramayana.
Restoran itu merupakan restoran Indonesia yang didirikan oleh Pertamina di New York dan berfungsi sebagai agen promosi wisata Indonesia.
Bob pun pernah menduduki jabatan sebagai pemimpin restoran tersebut hingga akhirnya pada tahu 1976, dia kembali ke Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia Bob merekam lagu Widuri ciptaan Slamet Aryadi.
Pada tahun 1978, Bob dan Grace Simon terpilih untuk menjadi wakil Indonesia dalam pertukaran artis ASEAN.
Bob juga menjadi pemenang pertama dalam Festival Lagu Populer 1980 dan mewakili Indonesia dalam Festival Internasional di Budakan Hall, Jepang.
Lagu Widuri yang dilantunkan menjadi salah satu lagu terpopuler di era 80-an hingga 90-an. Beberapa album yang telah direkam oleh Bob adalah The Best Song Of Bob Tutupoly Widuri, Album Nostalgia 2, Album Cinta Nostalgia 2, dan Tembang Kenangan Pop Indonesia Vol 6 Kerinduan.
Sementara itu, lagu Bob yang melegenda hingga saat ini adalah Lidah Tak Bertulang, Tiada Maaf Bagimu, dan Tinggi Gunung Seribu Janji, selain Widuri.
Selain bermusik, Bob Tutupoly juga pernah bermain di beberapa film Indonesia di antaranya Gli Innamorati Della Becak (Kisah Cinta si Tukang Becak) pada 1958, Penasaran (1977), dan Sebelah Mata (2008). Bob juga tercatat pernah menjadi pembawa acara televisi seperti kuis Pesona 13, Silih berganti, dan Ragam Pesona (*)
Editor : Redaksi