BERITABETA.COM, Ambon – Pemerintah Kota [Pemkot] Ambon bersama Universitas Soegijapranata (UNIKA) Semarang kembali membuat terobosan dengan mengembangkan sistem peringatan dan tanggap dini konflik.

Sistem baru ini digagas UNIKA Semarang bekerjasama dengan Dinas Komunikasi, Informatika & Persandian [DiskominfoSandi] Kota Ambon, berupa aplikasi yang akan diterapkan di Kota Ambon.

Kepala DiskominfoSandi Kota Ambon, Joy Adriaansz mengatakan, sistem peringatan dan tanggap dini konflik di Kota Ambon ini, sedianya telah dibangun oleh Institut Tifa Damai Maluku. Namun sistem tersebut masih dalam bentuk manual.

“Seiring perkembangan kemajuan teknologi informasi, bersama tim peneliti dari UNIKA Semarang, kami melakukan kerjasama dalam mendigitalisasi sistem tersebut, sehingga akan lebih mudah dan efektif untuk digunakan bagi para pemangku kepentingan di Kota Ambon,” kata Joy Adriaansz, saat membuka Forum Group Discussion (FGD) Revitalisasi Sistem Peringatan dan Tanggap Dini Konflik di Kota Ambon Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal di Ruang Rapat Vlisingen, Jumat (16/09/22).

Joy mengaku, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi berkembangnya konflik adalah melalui media komunikasi dalam hal ini media sosial.

Media sosial, kata dia merupakan bukti dari kemajuan teknologi informasi yang saat ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat dalam memperoleh maupun bertukar informasi.

“Sayangnya, karena minimnya pemahaman dan kurangnya literasi digital seringkali fungsi share pada platform media sosial disalahgunakan untuk penyebaran berita yang belum tentu dapat diyakini kebenarannya atau berita bohong (hoaks) yang biasanya memicu terjadinya dan berkembangnya konflik. karena itu, dibutuhkan juga suatu sistem aplikasi yang sekiranya lebih efektif dalam merendam dan mencegah timbulnya konflik,” terang Adriaansz.

Dikatakan, aplikasi ini nantinya akan terhubung dengan beberapa sistem yang ada pada Pemerintah Kota Ambon, diantaranya Lapor SP4N serta kanal-kanal media sosial , dan juga terhubung dengan Polresta dan juga Kodim.

Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Yetrihoni Nalesti Dewi dalam laporannya mengaku, gagasan penyelenggaraan Program  Revitalisasi Sistem Peringatan dan Tanggap Dini untuk Pencegahan Konflik Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal, didasari atas kesadaran  bahwa Ambon ini mempunyai keunikan yang luar biasa.

“Gagasannya yaitu  budaya dan kearifan lokal ini sangat unik dibandingkan dengan daerah-daerah di tempat lain. Namun di satu sisi Ambon juga mempunyai kerawanan-kerawanan yang sedikit berkaitan dengan masa lalu,” terangnya.

Oleh karena itu, maka tim berpikir bahwa butuh sebuah sistem peringatan dan tanggap dini, yang pada tahun 2012 sistem ini pernah dibangun dan perlu dihidupkan kembali.

“Sistem ini perlu dihidupkan kembali dalam rangka pencegahan terhadap apapun itu, sehingga akan sangat berfungsi di masyarakat dan digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat. Sistem peringatan dini yang dibangun di 2012 itu kan belum memanfaatkan teknologi informasi. Karena teknologi informasi di tahun itu belum begitu berkembang pesat seperti sekarang,” ungkapnya kepada tim media center.

Untuk itu, lanjutnya,  UNIKA Semarang akan bekerja sama dengan DiskominfoSandi Kota Ambon, dan akan membuat suatu aplikasi terkait dengan teknologi informasi untuk mendeteksi setiap peristiwa-peristiwa sekecil apapun.

“Apakah itu  konflik atau non konflik, tapi data-data itu akan sangat berguna sekali untuk mendeteksi atau untuk melakukan pencegahan dini terhadap setiap konflik dan dapat  meminimalisir potensi konflik tersebut,” bebernya.

Dari FGD tadi, tim peneliti UNIKA Soegijapranata mengetahui bahwa telah ada sistem peringatan dini,  tetapi itu untuk bencana alam. Kalau untuk konflik belum banyak.

Ia mengaku, pihaknya juga telah mempelajari best practice atau  praktek-praktek terbaik, yang dilakukan oleh negara-negara di Afrika. Rata-rata mereka memberdayakan kearifan lokal dan budaya.

“Ini menjadi sesuatu yang punya daya besar, dan saya melihat Ambon seperti itu. Kalau nanti akhirnya berhasil, mudah-mudahan ini akan diikuti paling tidak daerah lain di Maluku,  dan dapat menjadi model yang bisa direplikasi di tempat-tempat yang lain,” tutupnya. (*)

Editor : Redaksi