Neraca perdagangan yang minus menandakan impor lebih besar dibandingkan ekspor. Ketika impor lebih besar dibandingkan ekspor, dan sudah berlangsung selama beberapa tahun, apakah masih pantas berharap memenangkan perang dagang dengan China?

Sebaliknya, China cenderung memiliki tren neraca perdagangan yang positif. Tercatat pada Juli-Oktober 2020, hanya bulan September 2020 yang minus. Pada bulan terakhir, Oktober 2020, mencapai 58,44 miliar US$. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat tentu sangat berbanding terbalik.

Dengan data tersebut, tampaknya sudah terlihat siapa pemenang perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Pada saat pandemi Covid-19 ini, semua negara di dunia memang sedang berusaha bangkit dari resesi ekonomi, termasuk Amerika Serikat.

Namun sepertinya, Presiden terpilih Joe Biden lebih memilih berfokus pada penanganan kesehatan terlebih dahulu, supaya kasus positif tidak bertambah banyak lagi. Meskipun pemulihan ekonomi juga termasuk ke dalam empat langkah strategis Joe Biden setelah terpilih.

Langkah strategis lainnya adalah kesetaraan rasial dan perubahan iklim. Ya, sepertinya Joe Biden ingin segera memulihkan kesehatan penduduk Amerika Serikat. Setelah dirasa pulih, Joe akan segera memulihkan perekonomian Amerika Serikat.

Buat apa perekonomian membaik, namun masyarakatnya binasa oleh Covid-19. Pasalnya, sampai saat ini, Amerika Serikat tercatat sudah 240.000 korban jiwa akibat Covid-19. Para pemerhati pemerintahan Amerika Serikat juga beranggapan bahwa ini efek dari kecerobohan Presiden Trump dalam menangani Covid-19.

Terakhir, faktanya Pemilu Amerika Serikat baru-baru ini adalah kesempatan bagi masyarakat Amerika Serikat untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Presiden Trump. Kalau masyarakat puas, tidak mungkin rasanya seorang petahana tumbang dalam Pemilihan Presiden pada periode kedua.

Melihat perang dagang yang semakin meruncing antara Amerika Serikat dan China. Indonesia seharusnya segera bersiap, setidaknya untuk sekadar bertahan dalam gempuran laju impor barang yang berlebih entah itu dari China maupun Amerika Serikat.

Pengeluaran negara yang sudah meledak akibat penanganan Covid-19, seharusnya tidak ditambah lagi dengan permintaan barang dari luar negeri lagi. Konsumsi produk dalam negeri. Agar ekonomi juga bergerak kembali (*)