Simon mengaku memahami bahwa setiap pemain memiliki pertimbangan pribadi, termasuk keluarga dan jarak tempuh dari Eropa ke Indonesia.

Simon tetap mengigatkan pentingnya mengikuti kata hati dengan penuh komitmen.

Tak hanya soal Mees Hilgers, Simon juga menyinggung tanggung jawab besar yang diempat semua pemain Timnas Indonesia terhadap masyarakat.

Ia meminta para pemain Timnas Indonesia yang harus memahami pengorbanan suporter yang selalu memenuhi stadion.

“Saya tidak tahu harus katakan apa. Anda bisa berteriak, Anda bisa teriak, tapi Anda tidak tahu apa-apa, tidak tahu perjanjiannya,” kata Simon Tahamata.

“Tapi, Anda tahu, mereka punya hak untuk berteriak karena mereka membayar banyak uang. Para pemain perlu paham bahwa mereka membayar dengan gaji atau usaha mereka,” jelasnya.

“Karena jika tidak banyak penonton yang datang ke stadion, akan terasa sulit bukan. Saya tahu akan itu karena kita ini seniman.”

Menurut Simon, bermain untuk Timnas Indonesia bukan hanya soal kualitas individu, tapi juga penghargaan terhadap pengorbanan suporter.

Ia menegaskan bahwa kepercayaan publik tak boleh dikhianati dengan sikap setengah hati.

Untuk itu, Simon mengingatkan para pemain agar berkomitmen dengan sepenuh hati saat membela Timnas Indonesia.

“Lihat saja berapa banyak orang yang datang ke stadion di sini (di GBK) maksimalnya? 60 ribu orang datang untuk menyaksikan mereka. Mereka ingin menikmati,” tutur Simon Tahamata.

“Setiap anak muda di sini ingin menaruh nama mereka di belakang jersey Timnas. Mereka ingin melihat bagaimana rasanya bermain untuk tim. Mari kita berharap itu akan membaik,” tegasnya (*)

Editor : Redaksi