BERITABETA, Ambon – Tercatat  di tahun 2018 ini terdapat sebanyak 143 anak di Kota Ambon mengalami kekurangan gizi. Jumlah ini berpotensi naik status menjadi gizi buruk bila tidak ditangani dengan baik.

Berdasarkan data yang dihimpun beritabeta.com, pada tahun 2016 silam, di Provinsi Maluku terdapat sebanyak 134 kasus gizi buruk.

Jumlah ini tersebar di beberapa daerah kabupaten/kota, dan Kota Ambon menjadi daerah penyumbang kasus gizi buruk terbanyak di Provinsi Maluku dengan jumlah saat itu mencapai 30 kasus.

Data tahun 2016 itu juga menyebutkan, selain Kota Ambon, terdapat juga Kabupaten Maluku Tenggara Barat, sebanyak 5 anak, Kabupaten Maluku Tenggara, 17 anak, Kabupaten Maluku Tengah, 13 anak, Kabupaten Buru, 5 anak, Kabupaten Kepulauan Aru, 20 anak, Kabupaten Seram Bagian Barat, 16 anak, Kabupaten Maluku Barat Daya, 6 anak, Kabupaten Buru selatan, sembilan anak, Kota Tual, 13 anak.

Hal ini juga dikuatkan dengan  hasil Riskesdas tahun 2013, yang menyebutkan tingkat prevalensi pendek dan kurus pada anak usia 5-12 tahun di Maluku, termasuk Kota Ambon masing-masing di atas 30% bahkan 5%, berada di atas rata-rata prevalensi nasional.

Menyikapi hal ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon kini gencar melakukan berbagai program untuk mengeliminir kej

Ilustrasi anak gizi buruk

adian tersebut. Salah satunya dengan menggelar kegiatan Aksi Pencegahan Stunting dan Gerakan Massal (Gema) Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) yang berlangsung di Gedung Serbaguna Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN), Kamis (22/11/2018).

Walikota Ambon Richard Louhenapessy dalam sambutannya yang dibacakan Sekartaris Kota, A. G. Latuheru mengatakan,  dalam upaya mempercepat pemahaman masyarakat tentang stunting dan konsumsi pangan yang B2SA,  Pemkot Ambon melalui Dinas Ketahanan Pangan Kota  telah bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK untuk melaksanakan kegiatan ini.  Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk perwujudan masyarakat di Kota Ambon yang cerdas dan produktif di masa mendatang.

“Kegiatan ini dikhususkan bagi kalangan ibu rumah tangga,  mengingat asupan gizi yang baik berasal dari keluarga. Oleh karena itu, pembinaan kelurahan B2SA sasaranya adalah pada pemanfaatan kearifan lokal yang mampu diberdayakan secara optimal untuk menyusun menu B2SA guna konsumsi keluarga sehari-hari,”ucapnya.

Ia berharap,  angka stunting di Kota Ambon semakin menurun, bahkan tidak ada sama sekali, sehingga masa depan yang lebih baik bagi Kota Ambon dapat terwujud  lewat generasi masa depan yang cerdas dan produktif.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Ambon, Debby Louhenapessy mengatakan, terdapat berbagai makanan di rumah sehari-hari yang berpengaruh terhadap kesehatan anak.

“Ini masalah yang dilihat oleh Tim Penggerak PKK dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon terhadap masyarakat yang ada di Ambon,”ungkapnya.

Menurutnya, makanan di rumah bukan hanya sekedar mengenyangkan,  namun harus dapat memenuhi asupan gizi dari setiap keluarga,  terutama tumbuh kembang anak.

“Maka itu, kegiatan ini perlu dilakukan,  karena stunting yang ada di Kota Ambon belum terserap dengan baik. Terlihat dengan banyak anak yang kekurangan gizi, karena setiap orang memiliki asupan gizi yang berbeda sesuai dengan usia, berat badan, pekerjaan. ” Hal-hal ini harus seimbang sehingga semuanya dapat terpenuhi dengan pasti,”jelasnya.

Ia berharap, lewat makanan yang B2SA,  dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan baik (BB-DIA)