BERITABETA.COM, Ambon – Sebuah fakta kembali terungkap saat kunjungan Duta Parenting Maluku Widya Murad Ismail bersama rombongan ke Kecamatan Kilmuri, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku.

Ternyata, baru dua desa di Kecamatan Kilmuri yang diperiksa, sudah ditemukan sebanyak 26 anak mengalami stunting dan 7 anak lainnya menderita gizi kurang. Padahal, sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten SBT tidak memasukan Kecamatan Kilmuri sebagai lokus stunting di kabupaten tersebut.

Fakta ini terungkap setelah Tim Percepatan Penurunan Stunting Maluku bersama Tim Dokter dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku melakukan pemeriksaan kesehatan dan Bakti Sosial, seminggu sebelum kunjungan Duta Perentin Maluku Widya Murad Ismail bersama rombongan pada, Rabu (12/2/2020).

Data yang dihimpun Humas Provinsi Maluku dari dokter Ocha, salah satu anggota tim menyebutkan, dari 14 desa di Kecamatan Kilmuri, di Desa Kilbon terdapat sebanyak i6 anak stunting dan 6 gizi kurang dari total anak balita di desa itu sebanyak 24 anak.

Sementara di desa Kilmuri terdapat 10 anak yang stunting dan 1 gizi kurang dari jumlah 26 anak. Total anak yang diperiksa di dua desa itu sebanyak 50 anak. Dan ditemukan terdapat 26 anak stunting dan 7 anak alami gizi kurang.

“Di desa Kilmuri belum semua anak kami periksa. Jadi, ada kemungkinan jumlahnya bisa lebih,” kata dokter Ocha.

Sebelumnya dari laporan yang disampaikan Dinas Kesehatan setempat  hanya ada dua desa yang terdapat kasus stunting yakni Kilbon dan Selor. Masing-masing desa ini, tercatat hanya ada satu kasus stunting.

Beda Gizi Buruk dan Gizi Kurang

Seperti dikutip dari hallosehat.com disebutkan, gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan anak jauh di bawah rata-rata. Untuk mengetahui status gizi yang satu ini, indikator yang digunakan adalah grafik berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk ke dalam pemeriksaan klinis gizi buruk.  Kondisi gizi buruk tidak terjadi secara instan atau singkat. Artinya, anak yang masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Jika diukur menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) yang mengacu pada WHO dengan berbagai indikator pendukung, gizi buruk memiliki kategori sendiri. Anak dikatakan mengalami gizi buruk ketika hasil pengukuran indikator BB/TB untuk status gizinya kurang dari 70 persen nilai median.

Sedangkan, gizi kurang atau (Marasmus) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan energi harian. Padahal seharusnya, penting untuk mencukupi kebutuhan energi setiap harinya guna mendukung semua fungsi organ, sel, serta jaringan tubuh.

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sebenarnya bisa mengalami marasmus. Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh usia anak-anak yang biasanya terjadi di negara-negara berkembang. Bila penanganan Marsmus tidak segera dilakukan maka akan berpotensi mejadi gizi buruk.

Sementara itu, dalam kunjungannya  di Posyandu Kilmuri, Duta Perenting Maluku Widya Murad,  mendapati bayi berusia 1 minggu yang saat lahir berat badannya hanya 2,1 Kg sehingga masuk kategori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau dibawah standar normal yakni mininal 2,5 Kg.

Kepada orang tuanya, Waija (32), Widya menyarankan untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

“Anak ibu ini lahir berat badannya dibawah standar normal, sehingga ibu harus rajin berikan ASI. Ibu juga harus mengkonsumsi makanan yang bergizi. Kalau ibu minum susu, makan sayur, ikan, Insya Allah anak ibu juga akan sehat. Disini kan banyak ikan yang bisa diperoleh dengan mudah. Ada sayur katok. Nah itu sudah cukup kok. Murah tapi sehat,” ujar Widya (BB-DIO)