BERITABETA, Ambon – Munculnya kasus gizi buruk di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan ditemukan empat balita yang menjalani perawatan medis di RSUD Bula, kini mulai disikapi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku.

Dinkes Provinsi Maluku mengirimkan tim ke SBT untuk melakukan penyuluhan cepat tentang penanganan masalah kurang gizi dan gizi buruk atau dalam dunia media disebut Malnutrisi Energi Protein (MEP) Berat, kepada seluruh kepala Puskesmas di daerah itu.

“Harusnya tim sudah jalan sejak Selasa 27 November 2018, tetapi dari kabupaten mengatakan harus mengumpulkan seluruh kepala Puskesmas yang ada baru program penyuluhan yang diberikan bisa maksimal dan komprehensif,” kata Kadinkes Maluku dr. Meylke Pontoh di Ambon, Kamis (29/29/2018)

Pontoh  menjelaskan seluruh kepala Puskesmas harus hadir dalam kegiatan itu agar diberikan pelatihan cepat guna mengidentifikasi kasus-kasus yang cenderung masuk kurang gizi dan penanganan seperti apa yang harus dilakukan ketika mendapatkan kasus gizi buruk.

“Makanya tim sudah diberangkatkan ke Kabupaten SBT hari ini, agar esoknya seluruh kepala Puskesmas sudah terkumpul untuk menerima program pelatihan cepat penanganan kasus kurang gizi maupun gizi buruk,” katanya.

Oleh karena ada jadwal kedatangan kapal penumpang dari beberapa pulau di Kabupaten SBT yang lokasinya jauh dan ada Puskesmas di daerah itu.

Kalau sudah masuk dalam kategori gizi buruk, kata dia, tentu ada komplikasi penyakit-penyakit lainnya.

Ia mengatakan, program pemberian makanan tambahan biasanya diberikan untuk upaya pencegahan karena biasanya berat badan ses

Balita Gizi Buruk di SBT saat menjalani perawatan di RSUD Bula

eorang cenderung menurun lalu diberikan makanan tambahan dengan rumus-rumus tertentu agar tidak masuk ke kategori gizi buruk.

Bila sudah masuk kategori penyakit gizi buruk, kata dia, ada prosedur tetap dalam penanganan, tidak lagi memberikan makanan tambahan, seperti biskuit.

“Tetap ada formula tersendiri yang diracik lalu diberikan ke pasien yang ada di rumah sakit,” katanya.

Apalagi, lanjut Pontoh, di Kabupaten SBT saat ini sudah ada dokter spesialis anak sehingga empat pasien gizi buruk yang ditemukan di daerah itu akan ditangani dan mendapat terapi medis.

Selain itu, tambahnya,  ada ahli gizi, tetapi tim dari Dinkes provinsi yang turun ke daerah itu juga terdiri atas para ahli gizi yang akan memberikan penyuluhan.

Saat ini, terdapat emat pasien penderita gizi buruk di Kabupaten SBT yang sementara menjalani perawatan intensif. Mereka tidak dirujuk ke RSUD Haulussy Ambon karena di daerah itu sudah ada dokter spesialis anak serta peralatan yang memadai untuk menangani kasus tersebut.

Laporan dari kabupaten itu, juga menyebutkan bahwa perkembangan empat pasien gizi buruk terjadi sedikit mengalami kenaikan berat badan, akan tetapi tidak harus dipulangkan saat ini.

“Meskipun dipulangkan nanti ke rumah, maka kondisi pasien harus dipantau terus sehingga perlu ada koordinasi dengan puskesmas yang wilayah kerjanya mencakup domisili pasien,” jelas Pontoh.

Kasus gizi buruk di Kabupaten SBT terungkap, setelah empat anak menjalani proses perawatan di RSUD Bula, mereka masing-masing kakak beradik Ona Lasari (3 tahun) dan Ishak Lasari (1tahun 10 bulan), Indra Rumalutur (1, 7 bulan) , dan Amar Kotawasih (4,5 tahun).

Ona dan Ishak merupakan penderita gizi buruk asal Kecamatan Seram Timur, Indra Rumalutur dari kecamatan Tutuk Tolo, dan Amar Kotawasih asal kecamatan Pulau Panjang.

Saat pertama masuk di RSUD Bula, berat badan Ona Lasari 7 kg, Ishak Lasari 6 kg, Amar Kotawasih 11 kg dan Indra Rumalutur 6,3 kg. (BB-DIO)