BERITABETA.COM, Ambon  - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Maluku-Maluku Utara didukung AMSI nasional, Google News Initiative dan Cek Fakta menggelar Pelatihan Literasi Berita (News Literacy) bagi mahasiswa dan aktivis pers kampus di Kota Ambon.

Pelatihan yang berlangsung secara daring ini berlangsung pada Senin-Selasa,  6-7 September 2021. Lebih dari 40 peserta dari berbagai kampus mengikuti pelatihan ini.

Peserta berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pattimura, mahasiswa Jurnalistik Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Ambon, Lembaga Pers Lintas IAIN dan mahasiswa Politeknik Negeri Ambon.

"Kesuksesan kegiatan ini merupakan hasil kerja sama AMSI Maluku- Maluku Utara dengan sejumlah kampus di Ambon tersebut," kata Hamdi Jempot, Ketua AMSI Maluku-Maluku Utara, Senin (6/9) di Ambon.

Ia menambahkan kegiatan ini merupakan rangkaian dari pelatihan literasi berita yang digelar di sepuluh wilayah oleh AMSI nasional.

Hamdi menjelaskan peserta akan mendapatkan penguatan pengetahuan  tentang peran dan manfaat media massa di masyarakat serta cara kerja media.

Materi training ini juga mencakup penguasaan keterampilan dan pengetahuan seputar produksi dan diseminasi informasi, mulai dari menganalisis dan mengevaluasi pesan media hingga memahami mekanisme kerja industri media.

“Literasi berita ini penting agar masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi. Dengan demikian, para jurnalis dan pemilik perusahaan media juga terpacu untuk meningkatkan pemberitaan yang sesuai dengan kaidah jurnalistik,” kata Hamdi menambahkan.

Selain itu, ia menekankan AMSI Maluku-Maluku Utara mengadakan pelatihan ini sekaligus sebagai bentuk kontribusi organisasi untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan publik mengidentifikasi mis/disinformasi. Serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan publik, terutama generasi muda tentang pentingnya literasi berita.

"AMSI berharap pemahaman publik terhadap pers termasuk mekanisme kerja pers dan jurnalisme meningkat. Sehingga kesadaran masyarakat menggunakan media sebagai rujukan informasi di belantara infodemi Covid-19 juga terus meningkat," jelas Hamdi.

Sementara itu, Irfan Djunaidi, Wakil Ketua II AMSI dalam sambutannya lewat video pengantar saat membuka pelatihan literasi berita AMSI Maluku Maluku Utara mengatakan pelatihan ini diselenggarakan dengan harapan para  peserta dapat mengidentifikasi informasi yang berdasarkan fakta dan yang tidak sesuai fakta.

“Saat ini kondisi memang tidak mudah karena banyaknya berita atau informasi yang bercampur (fakta dan bukan fakta) dengan tujuan tertentu,” katanya.

Meski demikian ia mengharapkan peserta dari pelatihan daring ini, ke depannya dapat terlibat dalam gerakan melawan informasi bohong (hoaks).

"Kemampuan memverifikasi informasi yang benar sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu diharapkan peserta dapat terlibat menahan laju sebaran hoaks atau informasi bohong, yang saat ini dampaknya cukup besar, dan merusak sendi-sendi sosial, bahkan mempengaruhi kebijakan,” katanya.

Sedangkan Irene Jay Liu, News Lab Lead Google Asia Pacific (APAC) melalui video pengantar menyampaikan pentingnya keterlibatan semua pihak melawan mis-informasi.  Ia berharap pelatihan ini dapat membantu masyarakat mengidentifikasi informasi tersebut benar berdasarkan fakta atau hanya fiksi.

“Terlebih di era pandemi, jika kita tidak dapat membedakan antara informasi yang benar dan fiksi, itu bisa menjadi masalah hidup dan mati. Apalagi informasi tersebut adalah informasi penting yang akan menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan penting bagi keluarga yang mereka cintai,” ujarnya.

Sebelumnya AMSI telah mentraining 20 jurnalis dari media anggota AMSI sebagai trainer Literasi Berita dan kemudian menyelenggarakan training bagi publik ini. Pada kedua  training tersebut, AMSI mengadopsi kurikulum yang dirumuskan oleh Masato Kajimoto, Associate Professor di University of Hong Kong.

Melalui video pengantar, saat pembukaan training yang diikuti lebih dari 30 peserta ini, pendiri Asian Network of News and Information Educators (ANNIE) tersebut mengatakan kurikulum ini lebih dari sekedar materi membongkar fakta.

“Tapi kurikulum ini juga membahas hal lain yang merupakan bagian dari literasi berita,” ujarnya.

Materi yang akan diterima peserta mencakup di antaranya dampak media sosial terhadap pemahaman publik pada informasi, mewaspadai efek makna ganda pada efek visual atau foto berita dan lain-lain. Peserta akan menerima 7 materi terkait literasi berita.

Hingga akhir September, AMSI Nasional menargetkan setidaknya 300 orang dari berbagai unsur mendapatkan pemahaman terkait isu ini (*)

Editor : Redaksi