BERITABETA.COM, Piru — Anggota DPRD Provinsi Maluku Daerah Pemilihan (Dapil) Seram Bagian Barat (SBB), Samson Atapary mengungkapkan potensi pengembangan perkebunan pala berbasis masyarakat di Kabupaten SBB sangat menjanjikan.

Menurutnya, hampir di seluruh areal pertanian atau lahan-lahan yang terlantar di kabupaten bertajuk 'Saka Mese Nusa' itu, mulai dari daerah pesisir hingga pegunungan sangat cocok untuk tanaman pala.

"Potensi Pengembangan Perkebunan Pala Berbasis Masyarakat atau Perkebunan Rakyat di Kabupaten SBB sangat menjanjikan. Hampir di seluruh areal Pertanian atau lahan-lahan yang terlantar, mulai dari daerah pesisir sampai pegunungan sangat cocok untuk ditanami pala" ungkap Samson Atapary kepada beritabeta.com, Sabtu (25/9/2021)

Atapary yang juga sebagai ketua Koperasi Kamboti Rempah Maluku itu membeberkan, untuk mendorong hal tersebut, Koperasi Kamboti Rempah Maluku bekerjasama dengan Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa).

Wujud kerjasama itu lanjut dia, memfasilitasi bahan-bahan dan peralatan untuk pembuatan rumah pembibitan bagi pemuda-pemuda di Negeri Lohiatala Kabupaten SBB untuk mengembangkan anakan atau bibit pala sambung pucuk.

"Sebab pemuda Lohiatala yang pertama kali dan memiliki keterampilan untuk pengembangan pala sambung pucuk tersebut" bebernya.

Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku itu menjelaskan, pala sambung pucuk memiliki kualitas yang sangat baik. Pasalnya, sambung pucuknya diseleksi dari pala Banda yang memiliki kualitas unggul.

Dia mengaku, pala sambung pucuk tersebut jika perawatannya baik, pada umur tanam 2 - 3 tahun ditargetkan sudah dapat menghasilkan buah.

"Untuk tahap awal di Negeri Lohiatala akan dibuat kurang lebih 20 ribu anakan yang akan ditanam di lahan-lahan Pertanian/Perkebunan milik Masyarakat" akuinya.

Politisi PDI-Perjuangan ini menargetkan, kedepan diharapkan di seluruh lahan-lahan terlantar masyarakat di SBB bisa juga bisa ditanam pala sambung pucuk tersebut, sehingga Kabupaten SBB akan menjadi sentra pala sambung pucuk di Maluku bahkan dunia yang memiliki kualitas ekspor.

Saat ini tambah dia, masyarakat di kabupaten SBB sudah banyak yang memiliki perkebunan pala, namun masih keterbatasan dalam pengelolaan pasca panen, sehingga biji pala dan bunga pala (fuli) yang dihasilkan masih rendah dari segi mutuh dan kualitas.

"Akibatnya tidak bisa diekspor ke pasar Eropa, padahal harga jual di pasar Eropa termasuk yang tinggi. Dengan harga jual yang tinggi, maka harga beli ditingkat petani juga menjadi tinggi" ujarnya

Dikatakan, agar petani pala bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan pengelolaan pasca panen yang baik, kedepannya Koperasi Kamboti Rempah Maluku akan membuat Program Pelatihan bagi petani-petani pala.

Dengan harapan, apabila masyarakat bisa menanam pala di lahan-lahan perkebunan atau lahan terlantar yang produktif secara masal, maka dapat menghasilkan kesejahteraan dan tingkat ekonomi rumah tangga yang baik.

"Jika tingkat ekonomi yang baik, maka masyarakat tidak perlu lagi menjual tanah-tanah adat mereka ke Investor perkebunan dan lainnya. Karena masyarakat sendiri atau pemilik tanah yang menjadi investor bagi diri mereka sendiri" pungkasnya (*)

Pewarta : Azis Zubaedi