BERITABETA.COM, Bula – Sebuah bangunan yang diperuntukkan untuk program kelas filial (kelas jarak jauh) yang dibangun di Dusun Air Dingin, Desa Mising, Kecamatan Kilmury, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) menjadi bahan bullying netizen di dunia maya.

Bangunan yang berdinding papan itu, terlihat tidak terurus dengan salah satu ruangannya kosong melompong tanpa ada meja kursi. Di bagian luar bangunan terlihat semak belukar mulai mengepung di sejumlah sisi bangunan.

Ada papan nama yang tertulis ‘SD Negeri 3 Kilmury, Kelas Filial, Dusun Air Dingin, Desa Administrasi Mising,”.  

Kondisi ini membuat seorang netizen di Fecebook dengan nama akun Ahmat Yani Urat menyampaikan kritikannya dengan menyebut program yang digagas Kepala Dinas Pendidikan SBT itu hanyalah ‘panas-panas tahi ayam’ atau bersifat temporer.

“Semua kamera wartawan disiapkan dan dimuat di media. Semua orang mengapresiasi gerakan Pak Kadis termasuk saya juga mengapresi gerakan Pak Kadis. Tapi saya turun  di lapangan ternyata apa yang  dilakukan Pak Kadis Pendidikan hanyalah panas panas tai ayam, entah apa tujuan dan kepentingannya,” tulis akun tersebut dalam postingannya dengan menyertai gambar bangunan itu, Senin dini hari (24/5/2021).

Status Ahmat Yani sontak membuat warganet ramai-ramai memberi tanggapan miring dan juga positif.

Plt Kepala Dinas Pendidikan SBT Sidik Rumaloak kemudian memberikan penjelasan di kolom komentar status itu.

“Terima kasih teman- teman atas atensinya,” tulis Rumaloak memulai penjelasannya.

Menurutnya, kelas filial ini sebelumnya didorong pihaknya untuk sementara menampung aspirasi dan kebutuhan pendidikan yang  mendesak,  sesuai keinginan warga setempat.

Program yang didorong itu, kata dia, dananya bersumber dari Gerakan Jumat Sadaqah. Program ini dipakai untuk bisa sedikit membantu prosesnya,  sehingga operasi kelas jauh ini bisa diatasi.

“Saat kami baru mencoba dengan bismillah, berbagai kritikan yang  tajam dari sejumkah kalangan terus terjadi, bahkan kami disebut telah melakukan praktek  pungli,” urainya.

Sidik mengaku, program kelas filial ini juga disorot sejumlah elemen organisasi. Mereka dengan tegas  menolak langkah dan upaya yang dilakukan pihaknya yang batru mencoba membangun dari sisi kesadaran bersama.

Untuk menjelaskan semuanya, dialog pun dilakukan dengan forum pemuda terkait program yang dilakukan itu. Tapi upaya itu akhirnya kandas.

“Lewat hearing dengan Komisi C DPRD SBT, pihak DPRD menolak   dengan  tegas dan  merekomendasikan untuk dihentikan Gerakan Jumat Sadaqah. Maka patut kami apresiasi saran dan masukan lewat rapat komisi,” bebernya.

Ia menambahkan, dengan resmi dihentikan  Gerakan Jumat Sadaqah itu, sudah pasti apa yang  menjadi agenda dalam membantu program pendidikan termasuk keberadaan kelas filial itu tdak dapat terlaksana dengan baik.

“Dengan dihentikan program ini, maka proses yang harus kita lakukan adalah anak-anak Lamela yang ingin masuk sekolah harus kita arahkan ke sekolah induk SDN Kilmury di Desa Mising,” tandasnya.

Dari catatan beritabeta.com keberadaan bangunan kelas filial yang tidak dapat dijalankan ini, telah menambah daftar ‘raport merah’ dunia pendidikan di Kabupaten SBT, dari sisi kesiapan infrastruktur yang selama ini tampak memprihatinkan di pelosok  kabupaten berjuluk ‘Ita Wotu Nusa’ itu (BB-DIO)