BERITABETA.COM, Namlea – Aktivis IMM,  Wahyu Priyanto Achmad membantah kalau pernah menyebut Pasein 23 Maluku (02 Buru) , berinisial FN pernah melakukan kontak dengan kalangan di DPRD Kabupaten Buru.

Bantahan singkat itu disampaikannya melalui Ketua PWI Kabupaten Buru,  Lili Ohorella di Namlea, Jumat (01/5/2020),  menanggapi berita sejumlah media yang di dalamnya ada mengutip permintaan Wahyu agar pejabat dan anggota dewan juga dihadirkan dan di-rapid  test.

Menurut Wahyu berita tersebut tidak benar dan berita tersebut tidak sesuai. “Seperti apa yang disampaikan oleh Jubir Covid-19, kalau saya mengatakan pasien 02 yang berinisial FN pernah melakukan kontak langsung dengan pihak DPR. Itu tidak benar, “tegasnya.

“Tetapi yang saya sampaikan bahwa pasien 02 pernah melakukan kontak langsung dengan beberapa pejabat. Bukan dengan DPR,”pungkas Wahyu.

Wahyu membenarkan pada Kamis lalu,  dirinya bersama tiga rekan yang lain, sangat koperatif dan telah di-rapid test, karena masuk dalam daftar tracing pasein 23 Maluku. Ia sangat bersyukur,  karena tidak ikut tertular dan hasil rapid test negatif.

Sementara itu, pasein 23 Maluku,  FN, dalam kicauannya di dinding facebook Wahyu, turut bersyukur kalau beberapa aktivis yang pernah kontak dengannya hasil rapid test negatif.

“Amin, abang dong boleh aman tar ada penyakit. Beta ne pusing,”keluh FN.

FN ternyata pusing bukan saja hasil PCR,  positif Covid-19, karena dari tempat isolasinya ia mendapat kabar ada empat mahasiswa yang sudah selesai jalani karantina di Namlea, ada yang tIdak dapat pulang kampung di Silewa,  Kecamatan Fenalisela,  dan keempatnya tertahan di Rumah KAT Jalan Pendopo Wabup di Namlea.

Tersiar  kabar buruk juga yang menyebutkan masyarakat di Desa Silewa Kecamatan Fenalisela, tempat asal FN,  konon warga menolak mereka ke  Kecamatan Waplau. Bahkan warga Desa Silewa sendiri juga menolak empat adik mahasiswa yang telah selesai karantina untuk pulang ke kampung.

“Itu akan suda abang, beta jua stress dan pikiran masyarakat tiga kampong di bawah ne panik sampe dong seng mau dari Silewa turun. Dan anak-anak 4 orang yang zeng dapa tarima dari masyarakat Desa silewa, skarang dong di Asrama KAT “keluh FN menanggapi seorang warga net.

Subandri Waemese salah satu warganet,  juga turut menyampaikan keprihatinannya dengan menuliskan kalimat, semoga media bijaksana dan berimbang dalam menyampaikan berita.

Kata Subandri, sanksi sosial sangat dirasakan sebagian  basudara,  sehingga dijauhkan oleh masyarakat.

“Hal ini perlu mendapat perhatian khusus agar stigma negatif jangan melekat di orang-orang yang sehat, tapi dijauhkan seolah olah PDP,”pinta Subandri.

Informasi yang diperoleh awak media,  empat mahasiswa yang dikeluhkan masih berada di rumah KAT,  telah kembali ke kampung mereka di Desa Silewa,  berkat campur tangan Camat Waplau,  Halid Tasalisa (BB-DUL)