Dirk juga bercerita Ibunda tercinta Willy Tomasoa merupakan putri asal Pulau Nusalaut yang menjadi sprinter Maluku pertama dan  berhasil meraih medali emas di PON III pada nomor lari 100 meter.

“Lapangan Saparua ini menjadi saksi sejarah ibunda Willy Tomasoa berlatih hingga menorehkan prestasi dan mengharumkan nama Maluku di kanca nasional dan internasional,” ungkapnya mengenang.

Direktur Eksekutif Yayasan Heka Leka Stanley Ferdinandus mengatakan, Festival Literasi Kepulauan 2024 dilaksanakan bersamaan dengan Heka Leka Run, dengan tema berlari dan berkarya untuk masa depan.

“Lomba lari ini merupakan aktivitas olahraga sebagai suatu media untuk menstimulan para pelajar supaya semakin semangat membaca. Jadi kita memfasilitasi minat dan hobi mereka. Dan lomba hari ini kami harapkan agar menambah semangat mereka, sehingga ini menjadi cara pendekatan yang lebih aspiratif dalam menyalurkan minat dan bakat,”ungkap Ferdinandus.

Dirinya mengakui sarana prasarana memang sangat terbatas, namun Ferdinandus berharap dari diskusi terbatas, ada keinginan baik dari Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku maupun Dinas Pemuda dan Olahraga Maluku Tengah, juga dari Deputi 3 Pembudayan Pemuda Kemenpora RI untuk kedepan memperhatikan masalah sarana prasarana.

“Semoga dengan kolaborasi lintas stakeholder, fasilitas di lapangan Saparua ini bisa teratasi,”ujarnya.

Ferdinandus berharap semoga kedepan minat dan bakat anak-anak Saparua bisa tersalurkan, lalu punya kecintaan untuk belajar itu juga bisa semakin terfasilitasi lewat aktivitas -aktivitas olahraga atau aktivitas kreatif lainnya.

Masyarakat juga ikut memadati Lapangan Saparua dan memberikan supporter bagi pelajar yang ikut berlomba (*)

Editor : dhino.p