BERITABETA.COM– Di sebuah laman situs United States Agency for International Development (USAID) Amerika, namanya tercantum di rubrik yang mengulas tentang aktifitas mahasiswa yang menempuh study di Amerika yang didanai oleh Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika itu.

Nona Ambon ini meraih gelar S2 Environmental And Land Development di State University of New York, College of Environmental Science and Forestry (SUNY-ESF) Amerika Serikat dengan predikat prestisius Summa Cum Laude. Saat ini studi S3 Program in Urban and Regional Planning tengah menantinya.

Judul artikel “ Wiesye Pelupessy: Antara Syracuse dan Maluku,” sungguh menarik untuk disimak, karena selain aktifitasnya saat mengenyam pendidikan di Amarika dalam dua jenjang, prestasi nona Ambon ini terbilang hebat. Ia juga penuh perhatian akan kampung halamannya di Maluku.

Boleh dikata, Wiesye merupakan  nona Ambon yang punya prestasi yang mendunia, bukan hanya soal kesempatan study ke luar negeri, tapi memang kemampuan yang dimiliki telah mengantarkannya meraih gelar S2 Environmental And Land Development dengan predikat prestisius Summa Cum Laude di Amerika.

Wiesye Violent Pelupessy (39), nona Ambon kelahiran 11 April 1980, memang patut dijadikan inspirator dan motivator  bagi generasi muda di Maluku. Atas apa yang diraihnya selama ini, nona Ambon asal Negeri Ouw, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah ini, kembali diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang S3 dengan mengambil Program in Urban and Regional Planning di University at Buffalo, State University Of New York,  Amerika Serikat.

“Beta (saya) ke Amerika tahun 2014, dengan dua beasiswa dari USAID dan kampus  untuk  gelar master dan Diploma. Agustus 2019 ini beta kembali lagi untuk sekolah S3 di sana,” kata Wiesye saat menjawab beritabeta.com, via telepon selulernya di Ambon, Sabtu sore (15/6/2019).   

Wiesye bersama rekan-rekan mahasiswa di Amerika Serikat pada tahun 2016 silam

Kisah sukses Wiesye memang tidak datang begitu saja.  Sejak kecil Wiesye  sudah punya hoby membaca. Saat masih duduk di taman kanak-kanak, ibunya sering membelikan sejumlah buku dongeng dalam bahasa Inggris dan Indonesia, serta kaset yang mengajarkan cara penuturan cerita tersebut dalam bahasa Inggris.

Dengan membelikan buku, Ibu Wiesye berharap anak-anaknya akan memiliki mimpi yang besar dan melalui buku-buku inilah Wiesye akhirnya menaruh mimpinya untuk studi  ke Amerika Serikat.

Di pertengahan tahun 2014,  apa yang dimimpikan itu terwujud.  Ia berangkat ke Amerika menjadi mahasiswa pasca sarjana di State University of New York, College of Environmental Science and Forestry (SUNY-ESF).

Kepada beritabeta.com, Wiesye banyak mengisahkan perjalanan studinya dan obesesinya untuk membantu pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Maluku.

Uniknya, Wiesye bukan seorang pengajar (guru) atau dosen, tapi dia berprofesi sebagai seorang aparatur sipil negara (ASN) di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Ambon. Tapi, yang membedakan nona Ambon  adalah  konsennya  dengan masalah pendidikan di Maluku, khususnya Kota Ambon.

Tak heran, meskipun saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Infrastruktur Pemukiman di dinas tersebut, namun waktunya untuk berbagi tentang dunia pendidikan tetap saja dilakoni. Sperti menjadi sukarelawan di Yayasan Heka Leka Ambon yang fokus pada masalah pendidikan anak di Maluku.

Wiesye mengenakan seram Korpri bersama rekan-rekan kerja pada sebuah momen upacara di Kota Ambon

Ia percaya bahwa dengan ilmu pengetahuan, maka anak-anak Maluku akan memiliki masa depan yang lebih baik.  Dan komitmen itu Ia tunjukkan saat menjalani studi S2 di Amerika.  Wiesye membuat gerakan pengumpulan buku anak-anak saat berada di negeri Paman Sam.

Buku yang terkumpul, saat itu  kemudian  dikirim ke Maluku dan disalurkan oleh Yayasan Heka Leka kepada perpustakaan lokal dan sekolah-sekolah setempat, sebagai bagian dari kampanye Maluku Membaca. Wiesye bahkan rela pindah ke apartemen yang lebih kecil untuk menghemat uang, mengingat biaya pengiriman buku-buku tersebut cukup mahal.

Jauh dari Indonesia tidak membuat Wiesye lupa akan kampung halamannya di Maluku dan ia suka sekali bercerita mengenai hal ini kepada teman-temannya.

Aktifitas pengumpulan buku berhasil mencapai 100 buku anak-anak dalam waktu yang tidak lama. Semasa berada di Amerika Wiesye  bersama teman-temannya juga berusaha menghubungkan siswa SD di Ambon, dengan siswa sekolah dasar di Dr. King Elementary School, Syracuse, New York.

Saat itu, kata dia, para pelajar di Dr. King menyambut gembira ide ini dan menyiapkan foto-foto, kartu pos dan surat-surat untuk kawan-kawan baru mereka di Ambon. Mereka bahkan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari informasi tentang Maluku dan Indonesia.

Bagi Wiesye, hal terpenting dari kegiatan ini adalah memberikan inspirasi, seperti hal yang sama terjadi pada dirinya, ketika   membaca buku-buku pemberian ibunya di masa kecil.

Wiesye berharap, ilmu pengetahuan yang didapat oleh anak-anak Maluku dari membaca buku, diharapkan menjadi pemacu mereka untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.

“Siapa tahu, suatu hari nanti, mereka juga dapat menginspirasi anak-anak di belahan dunia yang lain. Jadi salah satu alasan kenapa beta memilih pulang ke Ambon daripada bekerja di rantau adalah kerana visi besar beta ingin membangun SDM Maluku yang professional di bidangnya,” ungkap Wiesye.

Ia mengaku, obsesinya itu ditanamkan karena dirinya melihat peluang untuk meraih kesempatan melanjutkan study ke luar negeri cukup banyak. Dan  kesempatan ini,  banyak belum dimanfaatkan oleh  generasi muda di Maluku. Tantangannya, kata Wiesye, hanya satu, harus punya nilai toefl.   

Melihat kendala ini, Wiesye akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris dan tetap fokus bersama Yayasan Heka Leka.   Hasilnya dalam dua tahun ini, sudah beberapa rekannya yang dibimbing belajar toefl bisa lanjut studi S2 dan S3 di dalam maupun luar negeri.

Atas berbagai prestasi dan kiprahnya itu, saat ini Wiesye tercatat oleh Badan Kepegawain Daerah (BKD), Kota Ambon sebagai ASN di lingkup Pemkot Ambon yang pertama kali mengenyam pendidikan S2 di Amerika dan orang pertama pula yang diberi izin oleh Pemkot Ambon untuk kembali melanjutkan studi S3 ke Amerika pada Agustus 2019 mendatang.

“Semua yang beta raih tentunya akan dikembalikan untuk keluarga dan daerah,”ungkapnya singkat.

Nona Ambon ini juga mengaku apa yang diraihnya saat ini sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya. “Dulu ketika saya masih di bangku  SD dan saat itu ayah saya meninggal, saya berpikir mungkin saya akan putus sekolah, karena ibu mungkin  tidak bisa membiayai pendidikan saya,”kenangnya.

“Tapi ternyata, empat beasiswa sebelumnya telah mengantarkan saya hingga pendidikan tinggi. Dan kembali lagi saat ini beasiswa kelima akan mengantarkan saya untuk kembali ke Negeri Paman Sam,” sambungnya.

Menutup perbincangan bersama beritabeta.com, Wiesye mangaku tengah menyiapkan diri kembali berangkat menempuh study di University at Buffalo, State University Of New York,  Amerika Serikat. Dan setelah meraih gelar PhD.  Program in Urban and Regional Planning, Ia berjanji tetap akan kembali untuk membangun daerah.

“Setelah studi beta  akan kembali ke Maluku. Dan juga akan menikah setelah studi nantinya,” tandas Nona Ambon ini menjawab pertanyaan tentang rencana menikah nanti (BB-DIO)