Satu Warga Dibacok di Tambang Emas Gunung Nona
BERITABETA.COM, Namlea – Seorang warga Dusun Humrey, Desa Waeflan, Kecamatan Lolongquba, Kabupaten Buru, yang berprofesi sebagai penambang emas di Gunung Nona, Susun Latbual (23 tahun), dilarikan ke RSU Namlea akibat luka bacokan di punggung belakang sepanjang 25 centimeter.
Korban Susun Latbual dibacok dengan parang oleh Orang Tidak Dikenal (OTK), di lokasi tambang ilegal Gunung Nona, Desa Wapsalit, Kecamatan Lolongquba pada pukul 18.00 wit, Sabtu (23/5/2020). Korban mengaku saat dibacok, melihat OTK dalam keadaan mabuk .
Kepada aparat keamanan, korban mengabari, kalau yang menganiaya dirinya diduga adalah warga asal Desa Persiapan Waengapan,Kecamatan Lolongquba. Korban hanya mengenali wajah, asal desa dan marganya saja, namun korban tidak mengetahui nama OTK tersebut.
Kapolsek Waeapo, Ipda Erwin Palionro yang dikonfirmasi Sabtu malam membenarkan insiden tersebut .Polisi sedang mengusut dan mengejar pelakunya.
“Pelaku masih dalam lidik,”ujar Kapolsek Waeapo kepada media ini, Sabtu (23/5/2020).
Menurut Kapolsek situasi di TKP Desa Wapsalit kondusif. Pihaknya, sudah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh adat di desa tersebut untuk dapat memberikan pengertian kepada pihak keluarga korban bahwa kasus ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian.
Sementara itu, informasi yang bersadil dihimpun beritabeta.com menyebutkan, waktu itu korban Susun Latbual baru kembali dari lokasi tambang ilegal Gunung Nona dan hendak pulang ke Desa Wapsalit.
Saat berjalan menyusuri pesisir sungai berlumpur keruh akibat aktifitas tambang emas ilegal di Gunung Nona, tiba-tiba ia dicegat OTK lalu dirangkul.Saat dirangkul, ia mencium aroma miras dari tubuh OTK.
Sambil merangkul dirinya, OTK lalu bertanya,”Kamu orang dari mana?”.Kemudian dijawab oleh Susun,” Saya orang dari Humrei dan marga saya Latbual”.
Kemudian rangkulan dilepas dan dengan kasar OTK ini mendorong Susun Katbusl hingga terjatuh dalam air sungai berlumpur.
Saat korban berdiri dan membasuh mukanya yang berlumpur, tiba-tiba parsng di tangan OTK itu melayang dan menebas korban mengenai bahu bagian kiri hingga punggung belakang.
Korban tidak memberi perlawanan. Dalam kondisi terluka, korban memilih langkah seribu. Di tengah jalan korban bertemu dua penambang Novel Latbual dan Rudin Nurlatu. Dua rekannya itu lalu membawanya sampai di Desa Wapsalit.
Tiba di Desa Wapsalit, Novel dan Rudin menyerahkan korban kepada Carles Latuwel. Kemudian sepupunya Carles Latuwel membawa korban menuju Puskesmas perawatan Waeapo.
Akibat dari kejadian tersebut korban mengalami luka berat, tebasan parang di bagian bahu hingga punggung belakangc dengan panjang 25 cm, lebar 3 cm, dan dalam 3 cm, hingga mengenai tulang bahu bagian kiri.
Korban kemudian dirawat di Puskesmas Waekasar, namun luka yang dideritanya cukup parah, menyebabkan pihak puskesmas merujuk korban ke RSU Lala di Namlea. Korban dievakuasi dengan mobil ambulance pada pukul 21.20 WIT.
Seperti diketahui, masih adanya kegiatan oleh para penambang emas tanpa izin (PETI) di lokasi tambang emas Gunung Nona dikarenakan lokasi tambang emas tersebut jauh. Akses jalan menuju lokasi sulit dijangkau dengan kendaraan.
Selain itu, tidak ada pos pengamanan yang ditempatkan di wilayah tambang tersebut, sehingga bagi para penambang yang masih memaksakan untuk melaksanakan kegiatannya mereka leluasa bebas keluar masuk ke areal tambang.
Informasi yang didapat dari lapangan menyebutkan, lokasi tambang Ilegal Gunung Nona yang jauh serta medan yang cukup berat membuat tingkat kejahatan juga tinggi. Sering terjadi kejahatan menggunakan alat tajam dengan motif perampokan maupun motif dendam dan lainnya.
Banyak dari penambang dikabarkan meninggal dunia dibacok/potong serta korban luka – luka yang sudah dan sering terjadi. Faktor lainnya, karena rata – rata warga di sana masih membawa parang dan tombak sebagai senjata sekaligus alat berburu tradisional (BB-DUL)