BERITABETA.COM, Jakarta – Wabah virus Corona (Covid-19) terus menghantui dunia. Sejak wabah COVID-19 merebak pada awal tahun ini di Cina, para peneliti tak henti-hentinya melakukan ragam penelitian mengenai virus penyebab COVID-19 yaitu SARS-CoV-2.

Segala upaya dilakukan peneliti untuk meredam wabah yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari 335 ribu jiwa ini. Jumlah kasus positif di seluruh dunia pun sudah menyentuh angka 4 juta jiwa lebih. Para peneliti pun seolah berpacu dengan waktu untuk segera menemukan formulasi terbaik melawan virus ini.

Sebuah studi terbaru di Kanada yang berjudul ‘In Search of Preventative Strategies: Novel Anti-Inflammatory High-CBD Cannabis Sativa Extracts Modulate ACE2 Expression in COVID-19 Gateway Tissues’ menjelaskan ganja mampu melawan perkembangan pandemi COVID-19.

Dari hasil studi yang dikeluarkan oleh

tersebut, diketahui bahwa penggunaan ganja diduga bisa mencegah COVID-19.

Dikutip dari Preprint lewat Pikiran-Rakyat.com, 6 orang peneliti dalam penelitian ini melakukan pengujian terhadap sekitar 400 jenis ganja untuk membuat 400 ekstrak sativa ganja yang baru.

Studi pada April lalu menunjukkan setidaknya ada 13 tanaman ganja dengan kandungan cannabidiol (CBD) tinggi memengaruhi jalur angiotensin-converting enzyme 2 gene (ACE2) yang dimanfaatkan virus untuk mengakses tubuh.

“Awalnya kami benar-benar terpana, dan kemudian kami sungguh bahagia,” ujar salah satu peneliti, Olga Kovalchuk kepada CTV News.

Hasil penelitian yang dipublikasikan melalui jurnal Preprints itu mengindikasikan ekstrak rami dengan kandungan CBD tinggi membantu mengeblok protein yang menyediakan gerbang bagi COVID-19. Ganja mampu mengurangi titik masuk virus hingga 70 persen.

“Oleh karena itu Anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk melawannya,” sambung Olga.

Memang, harus ada lebih banyak penelitian soal itu. Namun, andai cara itu terbukti mengurangi kerentanan terhadap penyakit, kelak pemakaian ganja akan menjadi terapi tambahan dalam pengobatan COVID-19.

Ganja bisa dikembangkan dalam bentuk yang mudah digunakan, misalnya untuk obat kumur dan tenggorokan guna mengurangi potensi penularan virus melalui mulut.

“Mengingat situasi epidemi saat ini yang mengerikan dan berkembang pesat, setiap peluang terapi dan cara yang mungkin harus dipertimbangkan,” ujar peneliti dalam studi tersebut (BB-DIP)