BERITABETA.COM, Bula — Kembali terjadi peristiwa tragis terkait dunia pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku. Kali ini, puluhan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) YPPK Elnusa Kecamatan Siwalalat, Kabupaten SBT terpaksa digedong menyeberangi sungai Waitunsa dengan arus air yang deras demi mengikuti Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Peristiwa tersebut viral dibagikan di media sosial [Facebook] dan mendapat simpati dari banyak netizen. Salah satu guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 SBT Theresia Nanariain juga ikut memposting foto tersebut.

Theresia Nanariain saat dikonfirmasi media ini, Senin (15/11/2021) mengungkapkan saat peristiwa tersebut terjadi, dia berada bersama siswa dan guru yang hendak menyebrang sungai Waitunsa.

Guru SMP 3 SBT yang bermukim di Desa Elnusa itu mengaku, setiap hari ke sekolah yang berada di Negeri Atiahu itu selalu melewati sungai Waitunsa yang belum ada jembatan penyebrang antar desa di wilayah tersebut.

"Saya punya kegiatan setiap hari pergi ke sekolah lewat sungai itu, jadi mau air banjir atau tidak,  saya tetap lewat sungai itu," ungkap Theresia

Theresia menandaskan, puluhan siswa-siswi SD YPPK Elnusa itu diberangkatkan ke SMP Negeri 3 SBT yang terletak di Negeri Atiahu untuk mengikuti AKM.

Dia membeberkan, baik pada SD maupun SMP yang berada di Desa Elnusa tidak tersedia jaringan internet dan fasilitas komputer, sehingga siswa-siswa tersebut terpaksa diarahkan untuk mengikuti AKM di SMP Negeri 3 SBT yang berada di Negeri Atiahu.

"Siswa-siswa itu digendong orang tua, ada juga warga yang gendong untuk menyebrang sungai," akuinya.

Sementara itu, wartawan beritabeta.com yang berusaha menghubungi Kepala SD YPPK Elnusa melalui telepon selulernya namun berulang kali sambungan telponnya berada di luar jangkauan.

Seperti diketahui, sungai Waitunsa sebelumnya telah dianggarkan paket proyek pembangunan jembatan oleh pemerintah melalui Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi [BP2JK] Maluku.

Peket proyek itu bersamaan dengan pembagunan jembatan di Wai Pulu yang berada di Kabupaten Maluku Tengah, namun prosesnya lelangnya terhambat.

Kepala Satker BPJN Wilayah III Provinsi Maluku Toce Leuwol kepada wartawan beberapa waktu lalu menjelaskan kedua paket jembatan itu sebelumnya telah masuk proses kontrak dan dikerjakan oleh penyedia jasa.

Namun, kata dia, adanya pengaduan dari penyedia jasa yang lain, sehingga keputusan inspektorat Kementrian PUPR untuk dibatalkan kontrak tersebut.

Ditanya soalnya kepastian pengerjaan proyek kedua jembatan ini, Toce menjelaskan, proses pengerjaan proyek akan dikerjakan secepatnya, setelah proses lelang terhadap dua paket fisik tersebut dilakukan. Apesnya sampai saat ini, kedua pekat proyek itu tak kunjung dikerjakan (*)

Pewarta : Azis Zubaedi