BERITABETA.COM, Bula – Demi mewujudkan mimpi untuk mengenyam pendidikan di sekolah, puluhan pelajar di Negeri Urung, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku nekat bertaruh nyawa menyebrangi sungai.

Akibatnya, tiga pelajar di desa tersebut dilaporkan pingsan, karena nekat menyebrangi Sungai Madar dengan air yang deras.  

Informasi yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan, ketiga pelajar tersebut masing-masing, Hartati Wokas (Siswa SMP), Rani Kusa dan Sofia Wokas (Siswa SMA). Ketiga gadis ini dilaporkan terbawa arus air sungai saat pulang sekolah pada, Sabtu 18 September 202.

Kejadian ini menambah panjang derita para pelajar di beberapa kecamatan di Kabupaten SBT yang harus nekat menjalani  rutinitas dengan menyebrang sungai, karena  terbatasnya akses transportasi.  

Peristiwa ini juga disampaikan Anggota Komisi C DPRD SBT, Hasan Day dalam rapat paripurna penyampaian nota pengantar Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD-P) tahun 2021 yang berlangsung di Ruang Rapat Paripurna DPRD SBT, Rabu (22/9/2021).

Hasan mengaku, telah menerima informasi adanya kejadian yang menimpa para pelajar di Ukar Sengan itu. Kata dia, hal serupa sudah terjadi sejak lama, namun hingga kini tidak ada perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten SBT lewat dinas terkait.

Tiga pelajar masing-masing Hartati Wokas (Siswa SMP), Rani Kusa dan Sofia Wokas (Siswa SMA) pingsan saat hendak menyebrangi sungai Madar pada, Sabtu 18 September 2021 (Foto : Istimewa)

"Tetapi kejadian tiga hari yang lalu hampir tidak tertolong puluhan anak sekolah SMP dan SD, tiga orang hampir nyawanya lewat (tidak tertolong) karena mereka menyebrang sungai" beber Hasan Day.

Politisi Partai Keadilan Sejahera (PKS) SBT itu membeberkan, saat air pasang, siswa-siswi yang hendak ke sekolah tidak bisa menggunakan sepatu, namun saat tiba di sekolah baru mereka menggunakan sepatu.

Menurutnya, kejadian beberapa hari lalu itu sangat miris, padahal Indonesia sudah berusia 76 tahun, bahkan sudah menghampiri 20 tahun usia pemekaran Kabupaten SBT, namun sebagian wilayah di kabupaten penghasil minyak itu masih tertinggal.

"Ini sangat miris. Kita masih mengalami hal seperti ini saat  Indonesia sudah merdeka dan berusia sudah 76 tahun, SBT mekar sudah hampir 20 tahun tapi nasib rakyat di Wida Warat (Ukar Sengan sampai Kilmury) masih miris, seolah-olah kita belum merdeka" bebernya

Untuk itu, dia meminta perhatian serius dari Pemda SBT di bawah kepemimpinan bupati dan wakil bupati SBT (Abdul Mukti Keliobas dan Idris Rumalutur) untuk segera mengatasi masalah tersebut.

"Mohon perhatian OPD teknis, PU ini sudah beberapa kali turun ukur, sekarang ini belum juga dikerjakan. Ini mohon perhatian serius pak bupati" harapnya (*)

Pewarta : Azis Zubaedi