Puluhan Kendaraan Tertahan di Jalan Trans Seram

BERITABETA.COM,  Ambon – Jembatan Waikaka, Desa Tala, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), yang menjadi salah satu akses di ruas jalan trans Seram, terpaksa ditutup oleh petugas dari  Dinas Pekerjaan Umum (PU), Balai Sungai dan Jembatan serta aparat TNI-Polri. Akses jembatan  ini ditutup khusus untuk pengendara roda empat yang hendak melintas, karena dianggap berpotensi menimbulkan kecelakaan.

Informasi yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan, semakin hari jembatan tersebut mengalami pergesaran. Bahkan dalam sejam jembatan Waikaka mengalami penurunan sebesar 3 cm.

“Kondisi ini akan semakin bahaya jika kita mengizinkan pengguna jalan khusus roda empat untuk terus melintas di atas jembatan. Maka kita harus berjaga di kawasan ini, biar mobil-mobil tidak melintas,” kata salah satu petugas PU yang enggan menyebut namanya, Rabu (12/6/19).

Dia mengatakan, dalam sejam jembatan itu amblas atau turun hingga capai 3 cm. Hal tersebut lantaran debit air terus turun. Selain itu, aktivitas pengguna jalan baik pengendara kendaraan roda dua di atas jembatan tersebut.

Aktivitas warga dan pengguna jalan roda dua itu, kata dia,  secara tidak langsung menyumbang beban berat. Untung saja, rangka bagian atas jembatan masih kuat untuk menahan badan jembatan itu. Maka tindakan antisipasi sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya  bahaya yang berujung mengancam nyawa manusia.

Sementara itu, Babinsa Negeri Hualoy, Kopda Muhammat Lestaluhu mengaku, saat ini pihaknya diminta oleh pihak Balai Sungai dan Jembatan untuk menutup akses jalur sambil menunggu alternatif lain yang saat ini sedang diinisiasi oleh pihak terkait.

Puluhan kendaraan roda empat tertahan menyusul larangan melintas di atas jembatan (FOTO: BERTABETA.COM)

“Kami hanya diminta menjaga keamanan di wilayah ini dan terkait jembatan bukan wewenang kami, namun pihak Balai meminta kami menutup arus transportasi di jembatan ini untuk sementara waktu. Baik untuk arah menuju Masohi maupun Kairatu-Piru,” katanya.

Dia menjelaskan,  pihak Balai Sungai sementara melakukan koordinasi bersama pemilik lahan untuk membuat jalan alternatif. Namun upaya tersebut agak terkendala karena belum ada kesepakatan dari pemilik lahan. Sehingga untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan, pihaknya diminta untuk menutup akses di kawasan itu dalam sementara waktu.

Babinsa menghimbau, pengguna jalan bisa memahami kondisi saat ini. “Ya kita harap pengertian dan partisipasi dari pengguna jalan untuk memaklumi keadaan saat ini. Artinya kita tidak boleh memaksa kehendak untuk keselamatan bersama,” imbaunya.

Akibat kondisi ini, arus lalu lintas di Trans Seram mengalami kelumpuhan. Pantauan media ini, puluhan mobil dari dua arah mengalami kemacetan panjang. Banyak yang antri hingga berhari-hari, sementara pengguna jalan lain memilih bergantian mobil dengan cara menyeberangi jembatan.

Mereka terpaksa jalan kaki dan menyeberang ke penghujung jembatan untuk naik ke mobil lain. Bisa dibilang arus transportasi berjalan bagi mobil atau angkutan umum yang mimilih menjadikan kawasan sekitar sebagai terminal sementara.

Saukan, salah seorang  pengguna jalan mengatakan, mereka sangat resah karena selain mengeluarkan biaya perjalanan yang menguras, juga turun dari angkutan satu ke angkutan yang lain.

“Kita cukup resah dengan keadaan ini. Apalagi bagi yang turun naik angkutan umum. Ya terpaksa kita harus turun dan jalan lagi ke seberang jembatan untuk naik angkutan lain. Paling beban lagi bagi warga yang bepergian membawa barang menumpuk,” katanya.

Untuk itu, dia minta pemerintah segera bangun jalan alternatif agar bisa dilewati oleh pengguna jalan baik roda empat maupun rodah dua. Dia juga harap antisipasi bahaya terus dilakukan pemerintah guna menghindari warga saat melakukan perjalanan.

Menyoal adanya pengutan liar yang dilakukan masyarakat setempat terhadap pengguna jalan, Babinkamtibmas Desa Tihulale, Brigpol Roy Limahuwey membantah adanya informasi tersebut. Dia mengatakan, selama 1 x 24 jam mereka melakukan pengawasan, tidak ada tindakan seperti itu.

“Itu tidak benar. Setiap hari saya bersama Babinsa melakukan pengawasan, kami tidak temukan tindakan itu. Jika ada, pasti ditindak. Memang ada pemberian uang dari pengguna jalan tapi itu bagi warga yang menawarkan jasa mereka sebagai buruh. Itu wajar saja, karena orang saling tolong-menolong,” pungkasnya.

Sementara ini juga, terlihat warga sekitar memanfaatkan kondisi tersebut untuk berjualan kecil-kecil, seperti menjual makan ringan, air mineral dan sebagainya. Warga lain juga, menawarkan jasa mereka untuk menjadi buruh agar bisa membantu pejalan kaki yang menyeberangi jembatan. (BB-ZDAL)