BERITABETA.COM, Ambon  – Sudah sebulan gempa bumi berkekuatan magnitude 6,5 melanda Pulau Ambon dan sekitarnya. Bancana yang terjadi 26 September 2019 silam, ternyata kini menyisahkan sejumlah masalah yang cukup beragam yang dialami  warga korban terdampak gempa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata ada  sebanyak 12.616 jiwa warga terdampak gempa bumi di Maluku, yang masuk dalam kategori kelompok rentan terhadap gempa.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo dalam rilisnya yang diterima media, Sabtu (27/10/2019) mengatakan,  ribuan jiwa kelompok rentan itu meliputi  kelompok lanjut usia (lansia), ibu hamil dan balita, yang terdampak gempa Maluku pada 26 September 2019 lalu.

Wibisono menguraikan, untuk kelompok lansia terdapat sebanyak  1.466 jiwa yang tersebar di tiga wilayah yakni  Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat.

“Di Kota Ambon terdapat 166 jiwa lansia, Kabupaten Maluku Tengah 854 jiwa, dan 446 jiwa lansia ada di Kabupaten Seram Bagian Barat. Semua masuk dalam kategori yang terdampak gempa,” katanya.

Selain kelompok lansia, kata Wibisono,  ada juga ibu hamil yang masuk kelompok rentan  di tiga wilayah tersebut.  Totalnya mencapai 1.288 orang.  Dengan rincian sebnyak 8 orang di Kota Ambon, 1.079 orang di  Kabupaten Maluku Tengah, dan 201 orang dari Kabupaten Seram Bagian Barat.

Sedangkan untuk kelompok balita merupakan jumlah terbanyak dari tiga kelompok yang ada. Jumlah balita sebanyak 9.882 anak. Dengan rincian sebanyak 187 anak di Kota Ambon, 7.030 anak di Kabupaten Maluku Tengah, dan 2.665 anak di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Dikatakan, gempa di Pulau Ambon dan sekitarnya yang disusul dengan ratusan gempa susulan juga  telah telah menyebabkan sebanyak  251.910 warga terdampak. Dan  41 orang di antaranya meninggal dunia, 119 orang luka berat, 4.552 orang luka ringan, dan 247.239 orang mengungsi.

Selain menyebabkan korban jiwa, dampak gempa juga menyebabkan 8.753 unit rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat yang tersebar di sejumlah titik di Maluku.

Ia menambahkan BNPB telah bekerja sama dengan ITB dan BMKG telah  memasang 11 seismograf di kawasan Maluku. Hal tersebut untuk mengetahui karakteristik gempa susulan pascagempa M 6,5 yang terjadi pada 26 September 2019.

Korban gempa di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku, yang mengungsi di kawasan kampus Darussalam Ambon, Desa Tulehu.

“Pemasangan seismograf ini diharapkan juga bisa menjawab kenapa begitu banyak gempa susulan dan Ambon dan apa implikasinya untuk kesiapsiagaan dan mitigasi potensi kejadian yang sama di masa depan,” jelasnya.

Ditambahkan, Kementerian Kesehatan juga telah membangun sebanyak  49 pos kesehatan, dengan perincian 23 unit di Kota Ambon, 11 unit di Kabupaten Maluku Tengah, dan 15 unit di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Dua Program BNPB

Semantara itu, dalam kunjungannya di Ambon, Minggu (28/10/2019) Kepala BNPB Letjen Doni Monardo kepada wartawan menyatakan, pihaknya telah menyiapkan program ekonomi sosial untuk pemberdayaan warga yang terdampak bencana gempa bumi.

“Ada dua program yang akan dijalankan untuk memberdayakan para korban gempa di Maluku. Kedua progam itu yakni melalui pembudidayaan ikan hias dan satunya lagi pengembangan ikan asar Maluku,” katanya.

Menurutnya, khusus untuk budidaya ikan hias potensinya sangat besar dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan balai pembenihan Ambon terkait program tersebut.

 “Tadi pagi kita sudah berkunjung ke balai pembenihan dan potensi ikan hias itu sangat besar, nah ini tidak sulit sehingga bisa dilakukan di rumah-rumah masyarakat. Nanti kita akan buat formulasi dan bekerja sama dengan pemerintah provinsi, dengan dinas keluatan dan Perikanan termasuk pihak balai sendiri,” tandasnya.

Selanjutnya, kata Doni untuk pengembangan ikan asar, nantinya hasil tangkapan nelayan yang selama ini dijual dalam bentuk  mentah akan diolah menjadi ikan asar dan juga abon.  “Akan dibuat kemasan yang baik sehingga dapat dipasarkan hingga ke luar Maluku,” jelasnya.

Kedua program pemberdayaan itu diprioritaskan kepada  warga terdampak gempa bumi yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.  “Mereka  terlebih dulu akan mengikuti pelatihan dari Balai Pembenihan Ambon,” tandasnya(BB-DIO)