BERITABETA.COM, Ambon  – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sampai Jumat siang pukul 13.00 WIB atau 15.00 WIT telah terjadi sebanyak 284 gempa susulan di Pulau Ambon dan Seram, Provinsi Maluku. Sementara jumlah gempa bumi yang dirasakan mencapai 44 kali.

“Pascagempa bumi utama magnitudo 6,5 pada tanggal 26 September 2019, pukul 08.46.45 WIT, tercatat BMKG sejumlah 284 gempa susulan dan jumlah gempa bumi yang dirasakan 44,” tulis akun Twitter Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @BNPB_Indonesia, Jumat siang (27/9/2019).

Menanggapi fenomena ini, beritabeta.com berhasil mengkonfirmasi Dr. Nugroho Dwi Hananto, M.Si (SP) via telepon selulernya, Jumat siang (27/9/2019).

Nugroho Dwi Hananto, (49) adalah satu dari sedikit pakar geologi kelautan (geosains) yang dimiliki Indonesia. Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Ambon ini,  adalah peneliti geosains kelautan, ilmu yang berupaya memahami kejadian gempa dan tsunami, dua bencana yang selalu mengintai kepulauan nusantara.

Menurutnya, pola dari gempa bumi memang demikian. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi yang saling mendesak. Selain disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi, aktivitas pergerakan magma dalam sebuah gunung juga bisa menyebabkan peristiwa gempa bumi. Namun, kebanyakan gempa bumi terjadi karena aktivitas tektonik lempeng bumi.

“Nah yang terjadi kemarin di Pulau Ambon dan Seram adalah akibat pergerakan lempeng bumi, dan biasanya polanya demikian, setelah gempa besar akan disusul dengan gempa-gempa berkekuatan kecil,”tandasnya.

Apalagi, kata dia,  Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yakni Pasifik, Indo Australia dan Eurasia. Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.

Jika melihat polanya, gempa susulan kerap terjadi mengiringi gempa utama dan terjadi berkali-kali. Dalam penjelasan United States Geological Survey (USGS), gempa susulan (aftershock) adalah gempa bumi yang mengekor gempa utama dalam sebuah rangkaian urutan kejadian. Gempa susulan dapat berlanjut dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahun sampai intensitasnya menurun seiring waktu.

“Ada juga bisa ribuan kali terjadi gempa susulan,” kata Nugroho.

Doktor lulusan  Institut de Physique du Globe de Paris, Prancis, ini menjelaskan, kekuatan gempa utama sangat mempengaruhi gempa susulan. Semakin besar gempa utama, semakin besar, banyak, dan lama pula gempa susulan berlangsung.

“Terjadinya gempa susulan ini biasanya mewakili proses penyesuaian kecil di sepanjang patahan atau sesar yang bergeser saat gempa utama,” jelasnya.

Untuk mengetahui secara jelas, akibat dan penyebab dari gempa yang terjadi di Pulau Ambon dan Seram, kata dia, LIPI Ambon juga telah menurunkan empat penelitinya ke beberapa lokasi kejadian. Salah satunya di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

“Kemarin ada empat peneliti kita yang kesana untuk melihat soal patahan dan dan akibat yang ditimbulkan. Mereka adalah peneliti di bidang geologi dan fisika, jadi nanti ada hasil yang bisa kita lihat,” ungkapnya.

Nugroho juga meminta kepada masyarakat Maluku agar tidak panik dan percaya pada isu-isu hoaks yang tidak tertanggungjawab.  Masyarakat, kata dia, harus lebih percaya kepada BMKG sebagai lembaga yang memiliki kewenangan memberikan informasi soal gempa.

“Saya juga minta agar rekan-rekan pers dapat memberitakan hal-hal yang terjadi sesuai informasi resmi yang disampaikan lembaga resmi, sehingga tidak membuat spekulasi dan ketakutan serta  kepanikan,” pintanya.

Pria kelahiran Salatiga ini,  pernah mengikuti satu penelitian skala besar yang diikuti adalah riset dengan kapal R/V Fakkor milik Scmidt Ocean Institute, Amerika Serikat, di perairan Sumatera Mei-Juni 2015 silam.

Dalam penelitian yang diikuti pakar dari Singapura dan Prancis itu Nugroho menjadi Co Chip 2. Riset bertujuan memetakan struktur dan mekanisme gempa dan tsunami bawah laut di perairan yang sempat digoncang tsunami dahsyat (tsunami Aceh) pada 2004 lalu. (BB-DIO)