Catatan : Mary Toekan (Pemerhati Sejarah Islam)

Warna autumn telah datang. Perdagangan global menggunakan kesempatan ini sebagai ajang menggelembungi kantong keuntungan. Toko - toko dibuat bernuansa orange.

Labu - labu  menyerupai kepala hantu,  menyesaki etalase - etalase toko. Tak ketinggalan boneka penyihir berdagu panjang lengkap dengan topi dan sapu terbangnya.

Suasana terlihat meriah, meskipun udara bergerak menukik turun ke titik minus derajat celcius. Pesta - pesta dengan kostum menyerupai hantu dan para penyihir, digelar. Semua orang gembira. Ya!...Halloween telah tiba.

Nama Halloween diambil dari All Hallows Eve yang artinya malam suci / keramat, kemudian dilafalkan menjadi Halloween.

Perayaan peribadatan ini mendunia. Tradisi mengukir labu menyerupai kepala hantu menjadi industri besar jelang Halloween. Labu hantu berjuluk Jack-o-Lantern, ludes di pasaran.

Halloween hanyalah pesta yang bersalin rupa dari sebuah peribadatan.

Saat daun musim gugur terakhir kali melayang jatuh ke permukaan tanah, pertanda musim gugur telah usai. Pepohonan seakan mati suri, telanjang dari dedaunan.

Malam - malam terasa mencekam. Gelap berselimut dingin menusuk ke dalam tulang. Komat - kamit mantra, perang jampi - jampi saling membantai di udara. Hantu - hantu dan penyihir - penyihir bergentayangan. Para peramal menggelar ramalan - ramalan untuk penduduk tentang masa depan.

Dalam Islam diakui memang, sebelum diangkatnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai duta terakhir negeri akhirat, jin - jin dan iblis, masih dapat mencuri berita - berita dari langit, lalu membisikkannya kepada para  peramal yang bekerjasama, untuk memberi kabar kepada manusia tentang peristiwa yang akan terjadi.

Tak heran, waktu itu di semua zaman, peramal dan penyihir menjadi orang - orang kepercayaan penguasa negeri. Dari Namrudz, Fir'aun hingga Kisra memiliki peramal jitu.

Sejak Islam mencahayai bumi, pintu - pintu langit tertutup. Tak ada lagi bangsa jin dan sejenisnya dapat mendengar bisik - bisik tetangga di alam keabadian, sebabnya perbuatan meramal nasib, dalam Islam  termasuk perbuatan syirik.

Day of the death, begitulah bangsa Celtic atau Kelt menamainya. Mereka adalah suku bangsa Eropa Tengah pada zaman kuno. Saat itu musim dingin ibarat momok bagi mereka.

Durasi malam, berganti lebih panjang dari siang selama musim dingin. Persediaan makanan berangsur menipis. Dalam mitologi Celtic, 31 Oktober malam adalah waktu dimana roh - roh manusia yang sudah mati maupun makhluk - makhluk gaib lainnya, berkeliaran di bumi.

Penulis Halloween bertajuk " From Pagan Ritual to Party Night " ( 2002 ), Nicholas Rogers seorang Profesor York University di Toronto menyebutkan bahwa malam itu adalah malam persembahan.

Mereka mengadakan upacara dengan api unggun besar lalu melemparkan tanaman dan hewan ke dalam api. Masyarakat percaya, api mampu melindungi penduduk beserta perbekalannya dari hantu - hantu gentayangan.

Sejarah penyembahan terhadap api yang menjadi unsur dari matahari, sudah ada sejak 8000 tahun Sebelum Masehi. Api diyakini masyarakat adalah sumber cahaya dan terang bagi semua makhluk hidup.

Tak butuh waktu lama, ritual ini menyebar menjangkiti setiap bangsa di dunia.

Para ahli sejarah menemukan penyembahan terhadap api adalah penyembahan tertua di muka bumi. Tentu saja setelah penyembahan pertama kepada Allah SWT oleh bani Adam.

Al- Qur'an menyinggung sesembahan semacam ini dengan nama Majusi.

Majusi adalah penganut kepercayaan dengan mengagungkan api. Mereka beribadah di kuil - kuil yang di dalamnya terdapat api abadi. Api ini sengaja dibiarkan menyala terus sebagai lambang kehadiran dewa.

Upacara ini tumbuh dengan hebatnya menjadi kekuatan besar dunia. Kerajaan - Kerajaan Iran Kuno meminangnya sebagai agama resmi sampai era imperium Persia.

Seperti kekuatan api melalap permukaan bumi,  hampir semua peribadatan di zaman kuno, tak pernah lepas dari unsur yang satu ini dengan nama berbeda - beda.

Bangsa Celtic berkuasa dewa Belenus , dewa Kauil menduduki kawasan suku Maya, di  Romawi bertahta Hefaistos, Yunani bermukim Apollo, dan masih banyak lagi nama dari sesembahan yang sama.

Mereka melambangkan cahaya dengan api abadi. Pada awalnya api hanya sebatas perantara maupun kiblat peribadatan.

Ketika di tiup, asapnya diyakini melayang ke atas membawa doa - doa mereka menyentuh langit. Make a wish saat ulang tahun, terinspirasi dari ritual ini.

Menurut Ralph Woodrow dalam bukunya  "Babylon Mystery Religion ", api adalah simbol dari penyembah dewa Matahari.

Waktu bergulung, zamanpun berganti. Masyarakat mulai  mengagungkan api dan pada akhirnya mereka  menyembahnya sebagai simbol kesucian.

Iblis yang terbuat dari api seakan membuktikan janjinya di hadapan Allah SWT. " Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba - hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."  (QS : Shad 38 : 82-83) 

Cerita pengagungan api tersimpan juga dalam  berkas peradaban Yunani Kuno.

Pada masa ritual perayaan olimpiade kuno, api suci abadi menjadi tradisi dan keharusan, sebagai bentuk persembahan dan pengagungan pemimpin para dewa, penguasa Olymphus, yaitu dewa Zeus.

Api ini harus dibiarkan terus menyala selama 5 hari, sepanjang olimpiade diselenggarakan di gunung Olymphus. Ritual ini bertahan hingga kini. Hampir di semua pesta olah raga, mengalir tradisi api suci abadi.

Sejarah juga mengabadikan perayaan paling populer di Yunani adalah perayaan dewi Artemis. Penduduk Yunani membuat kue - kue cantik yang dihiasi lilin - lilin menyala di atasnya. Upacara ini sebagai persembahan di hari ulang tahun dewi Artemis.

Dalam mitologi Yunani, Artemis adalah dewi pembawa dan penghalau penyakit pada perempuan sekaligus penolong saat proses kelahiran.

Pengaruh simbol Majusi ini terus bergulir seperti bola panas mempengaruhi agama dan budaya masyarakat. Perhelatan tingkat dunia hingga perorangan, didominasi warna Majusi.

Dari api Olimpiade sampai perayaan ulang tahun, jejak Majusi akrab terlihat. Bermula dari perayaan sebuah peribadatan, lalu menjelma menjadi budaya populer sekedar pesta hura - hura senada dengan garis nasib Halloween.

Ini tentang diri yang tersengat hegemoni peradaban. Ini tentang hati yang masih saja  mengeras.

Baru aku mengerti mengapa butuh tiga belas tahun untuk melarutkan tradisi jahiliyah yang sudah mendarah daging ratusan tahun lamanya dalam nadi kehidupan penduduk Makkah.

Para sahabat dihujani ribuan pesan. Semua kisah tentang para nabi dan orang - orang terdahulu diterbangkan Malaikat Jibril pada episode Makkah, semata - mata karena berurusan dengan aqidah ummat Islam.

Sejarah bukanlah sekedar cerita masa lalu. Semua akan kembali tersaji dengan alur dan rasa yang nyaris tak berbeda. Kisah berulang ini adalah cara Allah mengingatkan ummat Rasulullah.

Maka IQRA menjadi sebentuk perintah cinta pertama dari-Nya.

Bacalah...

Telitilah...

Pelajarilah....

 

Wahai diri,

Berhentilah sejenak. Beri waktumu menghidu wangi diri bermuhasabah.

Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang puasa di hari Senin.

Dari Abu Qatadah, RA sesungguhnya Rasulullah ditanya tentang puasa Senin, dan beliau menjawab : “ Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus, hari mulai diturunkannya wahyu ”. (HR : Muslim).

Sebait kata yang menekankan betapa hari tersebut sangat teristimewa, sehingga beliau berpuasa pada hari itu. Bukankah doa orang berpuasa adalah sebaik - baik persembahan yang dibawa   langsung para malaikat ke hadapan Allah SWT ? Mustajab !

Pada hakekatnya, ajal tak dapat lagi ditawar. Semakin bertambah usia, semakin detak jantung berpacu mendekati garis finish. Doakan saja agar argo kebaikan akan terus berputar hingga hari perhitungan meski nyawa tak lagi bersanding dengan raga.

Walaupun tak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai penghormatan tersebut, namun lisan beliau rasanya sudah cukup untuk aku yang mengaku mencintainya.

“ Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, kalian pasti akan mengikuti mereka.” (HR : Bukhari dan Muslim ).

Nasehat cinta ini seakan tertuju langsung menunjuk ke batang hidungku.

Perhelatan hantu - hantu dan para penyihir sedang digelar. Momen - momen ulang tahunpun akan silih berganti.

Ku azamkan doa - doa untuk melembutkan hati yang masih terkunci, supaya tahu cara bersyukur seperti yang dicontohkan Manusia Agung ini sambil menghitung - hitung nikmat Allah yang tak berbilang itu.

Resep rahasia telah diabadikan. Syair - syair-Nya ibarat wasiat cinta dari langit. Ku bolak - balik halaman demi halaman warisan 1400 tahun lalu.

Butuh berapa ribu lagi deretan kata - kata untuk melarutkan hatiku ?

Jadilah baik seperti yang Allah mau. Baik menurutku belum tentu baik menurut Allah. Kepada-Nya lah aku kembali. Kepada-Nya lah aku menitipkan segala harapan.

Percayalah, iblis tak akan menyerah ! Tatkala hati mulai bergejolak, disitulah saatnya iblis  mengirimkan sinyal - sinyal seakan tak ada lagi   cara lain momen bahagia di zaman modern ini.

Untukku yang sedang berjuang melepaskan diri dari lingkaran sia -sia.

Menghidupkan terus ritual peribadatan ini atau melabuhkan diri dalam wasiat cinta dari langit,  adalah pilihan kemana hati akan berpihak. Wallahu a'lam bishowab.

Geldrop, 4 Rabi'ul Akhir 1444 H