Risalah Cinta Penuh Syarat

Catatan : Mary Toekan (Pemerhati Sejarah Islam)
Raungan mesin jet saat roda - roda pesawat menyentuh landasan pacu airport Schiphol, membangunkanku. Ku tunggu sampai pesawat berhenti sempurna dan mengambil barang dari kompartemen atas.
Perjalanan panjang Jakarta - Amsterdam memang melelahkan. Ini untuk pertama kalinya aku berada di tanah Eropa. Seikat kembang menyambutku di pintu gerbang.
Aaah so sweeett....
Thanks, honey..!!
Aku diajak sebentar ke pusat kota Amsterdam. Menyeruput coklat panas, menghangatkan badanku yang menggigil.
Tak perlu minuman beralkohol kok. Bukan seperti cerita ibu profesor berjilbab itu yang menghalalkan "alkohol" jika tinggal di negara empat musim. Sumpah...!! Gak perlu banget. Cukup segelas coklat panas, kopi, atau secangkir teh.
Saat itu musim dingin. Jaket winter tak juga dapat menolongku. Aku yang dari habitat tropis tentu saja kedinginan di temperatur minus 1 derajat celsius. Esoknya, ditengah badai salju, aku harus segera melaporkan diri, membawa surat - suratku ke kantor pemerintahan di Eindhoven.
Butuh 2 sampai 3 tahun badanku beradaptasi dengan cuaca dingin. Kulitku mulai menebal. Meski demikian tetap saja kedinginan.
Hampir 15 tahun ku hirup udara negri Princess Amalia der Nederlander. Untuk mengisi hari - hari kosongku, aku ikut menjadi relawan, sekaligus melatih Hollands sprekenku.
Aku juga bekerja paruh waktu di sebuah toko besar tak jauh dari rumah. Toko ini bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam urusan bantuan pengungsi seperti dari Ukraina dan Syria. Kugunakan kesempatan ini untuk bersosialisasi dengan berbagai orang.
Punya banyak teman Meneer en Mevrouw membuatku paham akan kultur yang berbanding terbalik dengan budaya negriku. Setidaknya mengurangi salah paham antara aku dan pak suami.
Jujur...!! Awal - awal kehidupan di sini, aku nyaris terjebak dengan gaya hidup ala - ala Barat. Sempat terimbas culture shock, hadir di acara - acara musim dingin, bertepatan waktu maghrib.
Sholatku ? Jangan tanya, blentang - blentong. Aku tak risih mengenakan pakaian sangat terbuka saat musim panas tiba.
Ketika di super market, ada saja si mata biru mendekati dengan tatapan nakal. Jadi, siapa bilang lelaki di sini terbiasa dengan wanita berpakaian minim, terbuka dan tembus pandang ?
Lelaki tetaplah lelaki dengan segala hasratnya. Normal kok !!
Suamiku ? Tenang... Dia malah membeliku celana super pendek, mendukung penampilanku untuk selalu trendy.
Lalu, Allah memanggil ibu. Plot twist terjadi. Runtuh semua keakuanku.
Kepergian ibu menjadi episode terbaru. Apa yang bisa aku berikan pada ibu ? Dari dulu ibuku tak butuh uang dari kami. Yang ibu perlukan adalah doa di atas sajadah dari anak - anaknya.
Seketika itu aku berlari menjatuhkan diri, banjir air mata dalam sujud - sujud panjangku. Aku betul - betul ingin semua doa - doaku segera menembus langit, menemani perjalanan ibu menemui Sang Khaliq.