Tak sedikit temanku mempertahankan " logo " Islamnya, sekalipun minuman beralkohol seperti wine di pesta - pesta pernikahan menjadi halal. Ketika diingatkan, malah berceramah bahwa wine tak ada bedanya dengan sari anggur.

Ya Allah, aku terdiam menelan ludah..!

Jadi ingat kelakuan jahiliyahku. Merasa paling kritis, paling pintar, paling modern, paling canggih, menantang berargumen melawan papa.

Papaku, lelaki pertama yang mencintaiku ini, tak mau menghancurkan percaya diriku. Papa memilih berpindah topik.

Kata Imam Syafi'i. " Aku mampu berhujjah dengan sepuluh orang berilmu, tapi aku kalah pada satu orang jahil ( bodoh ) karena ia tidak tahu akan landasan ilmu."

Aaahhh papa...aku maluuuu !!

Ibuku malah seperti cenayang. Melukis pesona negri - negri Barat lengkap dengan komposisi dan bayangan kehidupan dunianya, justru saat arus informasi belum sederas ini di tangan mak - mak, si penguasa dunia.

Sambil membereskan pakaian yang akan kubawa, ibu memotret jejak hidupku jika tak berkumpul dengan teman - teman seaqidah.

Belakangan baru aku tahu, nabi pernah berpesan :

"Sesungguhnya serigala akan memakan kambing yang sendirian." (HR : Ahmad).  

Mempertahankan iman Islam di dunia Barat perlu effort yang luar biasa. Extra tenaga, extra percaya diri, extra daya pikir, extra sabar, extra kemauan, extra ilmu pengetahuan, extra kekuatan iman. Intinya kudu punya pengaman berlapis - lapis.

Siapa bilang toleransi berjalan dengan baik di sini ? Khusus pekerja beragama Islam, sholat dzuhur dan ashar, butuh perjuangan dengan semangat menyala - nyala. Dilarang kendor gaes.

Salut akan keteguhan keluarga - keluarga Muslim di sini. Terutama para suami pencari nafkah dalam memenuhi kewajiban sholat Jum'atnya.

Begitulah resiko tinggal di negara - negara sekuler yang lebih mengutamakan efisiensi kerja. Tergantung seberapa kuat lobi - lobi kita dengan perusahaan atau pimpinan di mana kita bekerja. Sebab agama buat mereka hanyalah urusan pribadi.