Harga Kopra Anjlok, Mahasiswa Tolak Perkebunan Sawit di Maluku

BERITABETA, Ambon – Aksi protes atas anjloknya harga komoditas kopra terus dilakukan. Pemerintah daerah diminta memperhatikan harga kopra yang terus mengalami penurunan, sehingga merugikan petani kecil.
Di Kota Ambon mahasiswa juga melakukan aksi demo serupa, bahkan menolak kehadiran perkebunan kelapa sawit di Maluku.
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Perjuangan Rakyat (Kopra), Selasa (4/12/2018) menggelar aksi protes di Kantor Gubernur Maluku.
Dalam aksi tersebut mahasiswa juga meminta agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku, menolak kehadiran perkebunan kelapa sawit di Maluku.
Sebelumnya para mahasiswa sempat melakukan orasi di depan Pos Kota, tepat pukul 10:45 Wit, dan kemudian bergerak menuju Kantor Gubernur Maluku untuk bertemu dengan Gubernur Said Assagaff.
Namun, mereka tidak dapat bertemu dengan orang nomor satu di Maluku ini. Mahasiswa hanya ditemui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku, Elvis Pattiselanno dan Kabid Perhubungan Antar Lembaga Kesbangpol Maluku, R Latuperissa, karena gubernur sedang berada di luar daerah.
Aksi ini mendapat pengawalan ketat anggota Polsek Sirimau dan Polres Pulau Ambon dan Pp Lease.
Dikoordinir Sukiman Galela, mahasiswa menuntut Pemprov Maluku peduli dengan persoalan yang dihadapi petani kopra.
Menurut mereka, harga kopra semakin menurun dari tahun ke tahun. Di tahun 2017 kopra masih dibeli dengan harga Rp. 11.000/kg. Sedangkan disemester pertama tahun 2018, harga kopra turun sampai Rp. 8000/kg di kalangan perusahaan dan Rp. 6000/kg di kalangan petani.
Memasuki semester akhir 2018, harga kopra turun drastis hingga Rp. 2000/kg di kalangan petani, bahkan disalah satu desa di Buru Selatan, kopra hanya dihargai Rp. 1000/kg.
Anjloknya harga kopra lanjut, lanjut Sukiman, sangat berpengaruh bagi ekonomi petani kopra di daerah.
“Kami Aliansi Mahasiswa Koalisi Perjuangan Rakyat menuntut agar Pemprov Maluku dapat melihat nasib petani kopra. Kita tolak kehadiran perkebunan kelapa sawit di Maluku, dan kita harapkan pemerintah melalui Gubernur Maluku, Said Assagaff dapat bersikap tegas untuk melihat persoalan ekonomi petani kopra,” tegas dia.
Sementara itu, dalam tuntutannya, pendemo meminta agar Pemprov Maluku mendesak Pemerintah Pusat untuk menaikan harga kopra. Pemprov Maluku juga diminta untuk membuat regulasi menanggulangi anjloknya harga kopra, dan menolak ekspansi perusahaan kelapa sawit dan tambang di Maluku.
“Jika tuntutan ini tidak diindahkan, maka tunggulah kami di aksi berikutnya,” teriak mereka.
Menanggapi aksi tersebut, Kadis Perindag Maluku, Elvis Pattiselanno memberikan apresiasi terhadap kepedulian mahasiswa.
Menurut dia, anjloknya harga kopra ini terjadi di beberapa provinsi, termasuk Maluku sebagai sentra penghasil kopra terbesar.
“Jadi perlu saya katakan, persoalan ini sudah kita sampaikan ke kementerian, kita koordinasikan dengan Surabaya, kami cari tau masalahnya dan terus melakukan koordinasi dengan pengambil keputusan baik pemerintah dan pihak swasta,” jelas dia.
Tuntutan aksi ini, lanjut dia, akan disikapi dan ditindaklanjuti ke Gubernur Maluku. “Kita koordiansikan, dan tuntutan ini akan kita koordinasikan hingga ke pemerintah pusat,” pungkasnya (BB-DIA)