BERITABETA.COM, Ternate – Anjloknya harga kopra di pasaran mulai berimbas terhadap masa depan anak petani kelapa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Provinsi Maluku Utara (Malut).

Dari sekian anak petani pengolah kopra di Malut, ada mahasiswa  yang mengaku akan memilih mengambil cuti kuliah, karena pendapatan orang tua dari hasil kopra tidak lagi menjanjikan.

“Kemungkinan semester depan saya akan cuti kuliah, karena orang tua saya tidak  lagi memiliki penghasilan yang cukup, akibat anjloknya harga kopra,”ungkap Suhardi, salah satu  mahasiswa di Universitas Khairun (Unkhair) Ternate dari Kabupaten Halmahera Utara di Ternate, Jumat (14/12/2018).

Menurut dia,  mahasiswa di Ternate membutuhkan biaya kuliah bulanan sedikitnya Rp1 juta. Rp 400 ribu diantaranya digunakan untuk sewa kos dan lebihnya untuk biaya hidup dan berbagai keperluan kuliah.

“Berhenti kuliah memang sangat menyedihkan, tetapi mau bagaimana lagi,  orang tua tidak bisa lagi mengirimkan uang bulanan karena hasil penjualan kopra tidak mencukupi,” kata mahasiswa FKIP yang kini duduk di semester lima itu.

Pemerintah daerah diharapkan segera mengatasi anjloknya harga kopra di Malut yang kini hanya dengan harga Rp2000-an per kg di tingkat petani dari harga normal di atas Rp5.000-an per kg, agar para petani kelapa tetap bisa menjual kopra untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan kuliah anaknya.

Wakil Rektor IV Unkhair Ternate, Wahab sebelumnya mengakui banyaknya mahasiswa, anak petani kelapa di Unkhair yang berencana cuti kuliah setelah anjloknya harga kopra.

Unkhair sendiri sudah memberi sejumlah keringan kepada para mahasiswa itu, diantaranya memberikan dispensasi untuk membayar uang semester di atas batas waktu atau mencicilnya, agar mereka tetap bisa melanjutkan kuliah hingga selesai.

Sekertaris Pemprov Malut, Muabdin Rajak mengaku Pemprov akan membantu mahasiswa anak petani kelapa di daerah ini dalam bentuk beasiswa pembayaran uang semester.

Khusus untuk mengatasi anjlokny harga kopra di Malut, Pemprov kini terus melakukan berbagai upaya, di antaranya mendorong investor untuk membeli kopra petani dengan harga minimal Rp5.000 per kg serta hilirisasi produk kopra.

Dari data dan informasi yang dihimpun www.beritabeta.com menyebutkan, masalah anjloknya harga kopra, disebabkan turunnya permintaan Crude Palm Oil (CPO).

Penurunan harga CPO ini kemudian ditambah dengan melonjaknya produksi CPO dari negara produsen. Dan pemerintah tidak bisa melakukan intevensi, karena harga kopra ditentukan mekanisme pasar.

Musabab lain anjloknya harga kopra karena kelapa bukan lagi satu-satunya membuat minyak, tetapi produk subtitusi seperti jagung, kedelai dan sawit yang juga bisa menghasilkan minyak.

Penyebab di atas yang mengakibatkan harga kopra turun drastis di beberapa wilayah termasuk Maluku Utara. Sesuai pantauan, harga kopra di Maluku Utara berada dikisaran Rp. 3.000/Kg dan Rp. 3.500/Kg.

Untuk wilayah Maluku harga kopra Rp. 3. 400/Kg; yang sebelumnya Rp. 4.200/Kg. Sedangkan untuk wilayah Sulawesi Utara yang merupakan salah satu provinsi penghasil kopra terbesar di Indonesia, harga kopra Rp. 3000/kg.

Padahal jika  melihat angka ekspor kopra enam bulan terkhir, Indonesia mengekspor komoditas kopra  dalam periode enam bulan pertama 2018 naik 13,02% menjadi US$ 185,98 juta. Walaupun produk turunan kelapa lainnya relatif mengalami penurunan.

Kemudian sesuai data Badan Pusat Statistik, pada semester pertama 2018, nilai ekspor kopra tercatat US$ 21,76 juta dengan volume sebesar 18,75 juta kilogram.

Nilai ini naik 170,52% dari tahun lalu di US$ 8,05 juta dan volumenya naik 172,41% dari periode sama tahun lalu di 6,88 juta kilogram.

Hal ini diikuti, minyak mentah kopra atau crude oil of coconut oil juga naik 13% menjadi US$ 185,98 juta dan volumenya naik 44,87% menjadi 149,66 juta kilogram yoy.

Ditengah naiknya ekspor kopra di periode enam bulan terkahir, sementara petani kopra menjerit dengan anjloknya harga kopra yang signifikan sejak bulan April sampai memasuki bulan November. (BB-DIO)