BERITABETA, Ternate – Ratusan petani yang tergabung dalam Pergerakan Petani Kopra (PPK) Tarakani di seluruh wilayah Galela, Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Provinsi Maluku Utara (Malut) memboikot jalan trans Tobelo-Galela sebagai protes atas anjloknya harga kopra di daerah itu.

“Sudah hampir satu tahun, kami menderita. Bahkan anak-anak kami yang kuliah di luar daerah pun terpaksa kembali karena kurangnya biaya pendidikan. Kami terpaksa melakukan aksi ini karena pemerintah hanya berpangku tangan melihat kesengsaraan rakyatnya,” kata Koordintor Petani, Evan dihubungi saat menggelar aksinya di Halut, Rabu (21/11/2018)

Betapa tidak, akses satu-satunya penghubung antara Tobelo – Galela, tepatnya di desa Mamuya, Kecamatan Galela di palang menggunakan ratusan batang kelapa, buah kelapa, serta batang pisang untuk menghadang para pengendara yang melintas.

Tidak sedikit pula terlihat para ASN asal Galela yang tidak bisa berkantor atas dampak aksi yang dilakukan para pendemo yang menilai lemahnya peran pemerintah dalam mengatur serta mencari solusi atas anjloknya harga komoditi unggulan daerah seperti kopra yang mencekik sosial-ekonomi masyarakat, khususnya para petani kelapa.

Menurutnya, 10 bulan anjloknya harga kopra merupakan rentan waktu yang cukup lama untuk mencari solusi, bukan menunggu hingga masyarakat melakukan aksi protes kepada pemerintah baru melakukan rapat serta pembentukan Tim kajian bahas mengenai solusi kenaikan harga kopra.

Aksi ini di kawal oleh puluhan personil Shabara yang melakukan siaga di lokasi pemboikotan yang dilaksanakan sejak pagi ini.

Sedangkan, Sekda Halut, Fredy Tjandua ketika dikonfirmasi mengatakan, langkah pemerintah daerah saat ini tengah melakukan kajian serta mencari solusi jangka pendek, namun masih di lihat lagi, sub faktor penyebab anjloknya harga kopra yang saat ini sangat memprihatinkan.

“Pemda sendiri tidak akan diam saja menanggapi persoalan rakyat nya, yang jelas akan berupaya maksimal untuk mencari solusi jangka pendeknya dulu. Hingga solusi jangka panjang yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat khususnya para petani,” katanya.

Harga kopra di Tobelo saat ini bervariasi dari Rp2.200 – Rp3.000 per Kg, menyusul Rp7.000 – Rp9.000 per Kg.

Sebelumnya, Senin (19/11/2018) ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai Universitas di Provinsi Malut juga menggelar aksi unjuk rasa di depan Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kahirun (Unkhair) Ternate di Kelurahan Akehuda. Mahasiswa memprotes anjloknya harga kopra yang terjadi di Malut.

Korlap Aksi, Bahrun Ibrahim mengatakan turunnya harga kopra akhirnya banyak anak petani yang putus sekolah, kebijakan pertambangan, serta masukan kelapa Sawit. Namun ditengah turunnya harga kopra, DPRD Provinsi lebih memilih Perjalanan Dinas ketimbang memberikan Subsidi untuk menyelamatkan kehidupan petani kopra.

Kata dia, sebagian besar hajat hidup masyarakat Maluku Utara sangat bergantung pada hasil tani kopra, maka seharusnya mampu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah, baik provinsi, kabupaten/kota maupun Pemerintah Pusat.

“Dalam 3 bulan terakhir harga pasaran kopra turun drastis, dan sangat dikeluhkan oleh masyarakat kabupaten/kota di Maluku Utara masyarakatnya hadir dan mengeluhkan kepada pemerintah. Namun tidak disikapi secara serius oleh Pemprov Malut,” kata Bahrun dalam orasinya. (BB-DIO)