BERITABETA.COM, Jakarta – Profesor Global Health Policy di London School of Economics Clare Wenham mengungkapkan, pandemi Covid-19 tidak akan usai hingga populasi dunia terlindungi dari infeksi sebelum vaksin disuntikkan.

Adanya vaksin Covid-19 dan proses vaksinasi yang tengah berjalan di dunia memberikan harapan pandemi ini akan segera berakhir. Namun masyarakat di dunia diprediksi bisa kembali hidup normal seperti sebelum pandemi dalam 2-3 tahun lagi.

Lalu bagimana dengan Indonesia?

Indonesia juga menjadi salah satu negara yang sudah memulai program vaksinasi Covid-19, yang dimulai dari tenaga kesehatan, petugas layanan publik, kelompok lansia, dan barulah masyarakat luas. Dengan begitu diharapkan akan tercipta kekebalan kelompok atau herd imunity dari vaksinasi ini.

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Subandi belum lama ini  mengatakan, di Indonesia diperkirakan akan terbentuk herd immunity pada Maret 2022, dengan 70% kelompok masyarakat sudah disuntik vaksin Covid-19.

“Berdasarkan hitungan Bappenas akan bisa tercapai pada Maret 2022. Dengan total 70% dari total masyarakat Indonesia bisa divaksin atau mencapai 181,5 juta penduduk Indonesia,” ungkap Subandi.

Sementara Kepala Bappenas Suharso Monoarfa sebelumnya mengungkapkan pandemi Covid-19 kemungkinan baru bisa terkendali pada September 2021.

Hal ini pun juga sesuai dengan kajian yang dilakukan, tim riset Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyebutkan wabah Corona di Indonesia seharusnya sudah bisa terkendali pada September 2021.

Perhitungan TIM FKM UI menjelaskan, cakupan vaksinasi yang diperlukan harus mencapai 70.980.000 orang, dengan jumlah vaksinasi per hari 930 ribu suntikan. Dengan begitu target vaksinasi disebut tim FKM UI tercapai dalam 167 hari.

Syaratnya agar wabah menurun angka reproduksi efektif (Rt) harus bisa dikendalikan. Dalam rangka untuk mengendalikan wabah pada September 2021, ada beberapa asumsi dan parameter yang harus diperhatikan, terutama dalam melakukan vaksinasi.

Parameternya dari vaksin misalnya, efektivitas vaksin harus mencapai 65%, dengan dua dosis suntikan dengan jeda 14 hari dan efek perlindungan optimal tercapai 14 hari setelah vaksin kedua.

Kemudian vaksinasi masyarakat umum, harus dimulai pada 1 Maret 2021 dengan 31.000 vaksinator, dan setiap satu orang vaksinator harus melakukan vaksinasi kepada 30 orang per hari.

Artinya, jumlah orang yang perlu divaksinasi sebanyak 70,98 juta orang, dengan jumlah pemberian vaksin sebanyak 141,96 juta suntikan, dan jumlah vaksinasi per hari harus mencapai 930 ribu suntikan.

“Target vaksin tercapai dalam 167 hari. Hasil estimasinya, wabah mulai terkendali pada September 2021, terjadi penurunan kasus baru secara konsisten,” jelas Suharso.

Hasil yang lebih cepat bisa dicapai apabila pemerintah mendapatkan tambahan vaksin Pfizer, AstraZeneca dan Novavax yang mempunyai efikasi lebih tinggi. Penambahan jumlah vaksinator dengan kapasitas yang meningkat, diiringi dengan persediaan cold chain juga menjadi faktor pendukung berikutnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa belum ada ahli yang berani menjamin pandemi Covid-19 akan menghilang sepenuhnya di Indonesia maupun dunia.

“Sampai saat ini belum ada ahli yang mampu menjamin virus ini dapat hilang seutuhnya dari Indonesia dan secara global bahkan setelah kekebalan komunitas tercapai,” katanya 28 Januari 2021 lalu.

Selain itu, belum ada ahli yang tahu seberapa lama kekebalan vaksinasi bisa bertahan pada gempuran infeksi Covid-19.

Wiku mencontohkan seperti penderita tetanus yang tetap mengalami kondisi serupa meski telah disuntik vaksin.

Kendati demikian dia mengajak masyarakat tetap optimis. Dia menuturkan bahwa semakin banyak masyarakat yang divaksin maka risiko penularannya akan semakin kecil.

“Dan kita semua dapat hidup produkti dengan pelonggaran bertahap selama laju penularannya dapat terkendali dengan baik,” ujarnya (BB-DIO)