Mengenal Asimtomatik Carrier, Si Pembawa Virus Tanpa Gejala
BERITABETA.COM – Sejak mewabahnya virus corona (Covid-19) di Indonesia, banyak istilah baru yang muncul dan menuai tanya di tengah publik. Misalkan saja asimtomatik carrier, immunocompetence atau immunocompromised. Lalu apa itu asimtomatik carrier?
Asimtomatik carrier atau silent carrier merupakan seseorang yang memiliki kemampuan membawa dan menyebarkan virus. Dalam hal Covid-19, mereka biasanya juga didiagnosis positif Sars-Cov-2.
Sebenarnya ini yang banyak dikhawatirkan para tenaga medis. Kecurigaan asimptomatik pada pasien Covid-19 sebenarnya telah ada sejak virus ini menyebar di Wuhan, China. Namun, pasien tanpa gejala pertama diduga dari Taiwan.
Hal ini dikonfirmasi Badan Pengawas Epidemi Taiwan yang melaporkan kasus Novel Coronavirus ke-18, sekaligus yang pertama tanpa muncul gejala pada 9 Februari silam.
“Individu yang terinfeksi ini telah melakukan perjalanan ke Italia melalui Hong Kong pada tanggal 22 Januari dan kembali ke Taiwan pada tanggal 1 Februari,” tulis laporan Badan pengawas epidemi Taiwan.
Bagi banyak orang di dunia, virus ini menjadi amat mematikan. Namun, untuk sekelompok individu lain, virus tersebut menginfeksi tapi tidak memunculkan gejala yang terlihat.
“Ada beberapa orang yang benar-benar terinfeksi, tetapi mereka tidak sakit.” Begitu kata Stephen Gluckman, dokter penyakit menular di Penn Medicine dan Direktur Medis Penn Global Medicine, seperti dilansir laman HuffPost.
Gluckman lalu mengatakan, pembawa asimtomatik, mereka yang membawa virus namun sama sekali tidak mempunyai gejala atau gejalanya sangat ringan bukanlah hal aneh dalam kasus Covid-19.
“Ketika kita mendapatkan infeksi, seringkali ada spektrum dari sangat sakit ke sakit sedang sampai tidak sakit sama sekali,” kata Gluckman.
Kondisi itu mewakili sepenuhnya apa yang diketahui para ahli kesehatan tentang pembawa asimtomatik Covid-19 saat ini. Tentu saja, belum jelas berapa banyak orang yang merupakan pembawa virus tanpa gejala.
Tidak jelas pula seberapa besar kontribusi mereka terhadap penyebaran epidemi ini, meskipun penelitian pendahuluan menunjukkan mereka mungkin memainkan peran penting. Demikian pula, tidak diketahui berapa lama pembawa dapat menularkan virus kepada orang lain.
“Tidak ada jawaban yang mudah dan sederhana,” kata Dr. Faheem Younus, Kepala divisi Penyakit Menular di University of Maryland Upper Chesapeake Health.
“Hal terbaik yang bisa kita lakukan sekarang adalah bertindak seolah-olah kita menjadi pembawa virus, dan mengikuti rekomendasi untuk mencegah penularan,”sambungnya.
Centers for Disease Control and Prevention meyakini, orang yang telah terinfeksi Covid-19 adalah yang paling menular pada puncak gejala mereka. Ini berarti, setiap kali seseorang merasakan kondisi terburuk –termasuk batuk atau demam saat itu menjadi masa paling potensial untuk menyebarkan virus.
Namun, seseorang juga dapat menyebarkan virus dalam periode inkubasi sebelum mereka menunjukkan gejala. Umumnya, hal ini terjadi 2-14 hari setelah paparan awal mereka.
Satu studi baru-baru ini menemukan, masa inkubasi rata-rata untuk Covid-19 adalah lima hari dan 98% orang menunjukkan gejala setelah paparan dalam 11,5 hari.
Penelitian juga menunjukkan pasien Covid-19 terus melepaskan virus selama berhari-hari setelah gejalanya hilang. Secara umum, individu yang dicurigai memiliki Covid-19 diminta untuk tetap diisolasi setidaknya tiga hari setelah mereka pulih, dan seminggu setelah gejala mereka pertama kali muncul.
Younus menyebut, anak-anak sering menjadi pembawa Covid-19 asimtomatik, dan dapat menimbulkan risiko tertentu bagi orang terdekat mereka.
“Semakin lama durasi, kontak, rendah kekebalan induk, maka semakin tinggi risiko tertular infeksi,” kata Younus.
Dilansir dari laman Forbes, penelitian yang dilakukan oleh tim dari Kyoto University, Oxford University dan Georgia State University pada penumpang kapal pesiar Diamond Princess, 634 dari 3.063 orang positif Covid-19.
Artinya sebesar 17,9 persen dari 634 orang yang terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala sama sekali. Tidak hanya itu, para peneliti dari Hokkaido University telah melakukan tes pada 565 orang Jepang yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok.
Dari penelitian tersebut ditemukan 30,8 persen positif Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala alias asimtomatik carrier. Gejala yang dirasakan orang yang terserang Covid-19 bergantung pada respons imun tubuh.
Dalam kasus Covid-19, virus akan menjadikan reseptor pada permukaan sel sebagai inang dan memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen, jelas Catherine Beauchemin, profesor virofisika di Ryerson University.
Tetapi yang terjadi pada pembawa virus asimtomatik, mereka tidak menunjukkan gejala sama sekali karena infeksinya sangat ringan dan sistem imun tidak merespons terlalu kuat. Bisa juga karena sistem kekebalan terlalu lama bereaksi dan gejala akan muncul di kemudian hari, terang laman Inverse (BB-IS)