BERITABETA.COM –  Bek Timnas Indonesia U-16 Alfin Lestaluhu meninggal dunia dikabarkan karena penyakit encephalitis (infeksi otak) dengan hypoalbuminemia.  Kabar tersebut diungkap PSSI melalui situs resmi federasi. PSSI mengabarkan Alfin meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, pukul 22.11 WIB pada Kamis (31/10/2019).

Apa itu encephalithis?  Melansir Medical News Today, penyakit Encephalitis adalah pembengkakan akut yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus ataupun sistem imun yang mengalami kelainan dan membuatnya justru keliru karena menyerang jaringan otak.

Penyakit ini cenderung muncul tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Sehingga butuh ditangani segera. Gejala awal penyakit ini adalah demam, fotofobia, serta sakit kepala. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak.

Pada orang dewasa umumnya hanya terjadi pada mereka yang sistem kekebalannya lemah. Encephalitis bisa mengancam jiwa, tapi jarang terjadi. Tergantung sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit dan usia. Beberapa jenis enchephalitis adalah encephalitis Jepang, encephalitis kutu, serta Rabies. Serta terdapat pula encephalitis primer dan sekunder.

Meski kebanyakan kasus ensefalitis disebabkan oleh virus, tapi bakteri serta jamur juga bisa menjadi penyebab lainnya. Penyakit ensefalitis ini bisa berkembang sangat serius ketika menyerang tubuh.

Bukan tidak mungkin, ensefalitis dapat mengakibatkan seseorang mengalami perubahan kepribadian, kelemahan tubuh, bahkan kejang-kejang. Berbagai gejala radang otak lainnya biasanya ditentukan oleh bagian otak mana yang terkena infeksi virus, bakteri, maupun jamur.

Dikutip dari hellosehat.com,  ensefalitis tergolong ke dalam penyakit langka yang berisiko mengancam jiwa. Akan tetapi, risiko tersebut terbilang jarang terjadi karena tidak sedikit orang dengan ensefalitis yang kemudian sembuh total. Pemulihan ensefalitis umumnya ditentukan oleh sejumlah faktor.

Mulai dari usia pasien, jenis virus yang menyerang, hingga tingkat keparahan penyakit tersebut. Maka itu, jangan tunda untuk segera memeriksakannya ke dokter jika mengalami gejala yang mengindikasikan radang otak.

Sebab penyakit ini bisa berkembang dengan cepat dan membutuhkan perawatan segera. Dalam kasus yang lebih serius, penyakit ensefalitis ini bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada kemampuan berbicara, memori (ingatan), hingga kematian.

Jenis Radang Otak

Ada 2 jenis radang otak, yakni primer dan sekunder. Radang otak primer adalah munculnya peradangan pada otak yang disebabkan oleh infeksi virus secara langsung di otak dan sumsum tulang belakang. Sementara radang otak sekunder adalah peradangan pada otak yang muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, dan kemudian menyebar ke otak.

Seberapa umumkah radang otak? Berbeda dengan beberapa penyakit lainnya, radang otak bukanlah penyakit yang umum terjadi. Artinya, tidak semua orang bisa dengan mudah mengalami penyakit ini. Anak-anak, lansia, maupun orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami radang otak.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala radang otak? Penyakit radang otak sering menimbulkan tanda dan gejala yang serupa dengan flu ringan, misalnya demam dan sakit kepala.

Bahkan terkadang, gejalanya bisa menyerupai flu tapi dalam tingkat yang lebih parah. Tak jarang, penyakit ini juga bisa menyebabkan pengidapnya susah berpikir, mengalami kejang-kejang, atau memiliki masalah dengan sistem indra tubuh.

Secara lebih lengkapnya, berikut berbagai gejala radang otak yang bisa berkisar dalam kategori ringan hingga berat:

  1. Demam
  2. Sakit kepala
  3. Mual dan muntah
  4. Leher terasa kaku
  5. Nyeri pada otot atau persedian
  6. Kelelahan parah

Gejala radang otak yang lebih parah, yakni:

  1. Demam yang lebih tinggi, bisa mencapai di atas suhu 39 derajat Celcius
  2. Kebingungan
  3. Mengalami halusinasi
  4. Mengalami kejang-kejang
  5. Perubahan gerakan motorik tubuh yang menjadi lebih lambat
  6. Mudah marah
  7. Kehilangan kesadaran
  8. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
  9. Mengalami masalah dengan kemampuan berbicara dan mendengar
  10. Kehilangan kemampuan untuk merasakan atau kelumpuhan di area wajah dan tubuh
  11. Kehilangan kemampuan indra pengecap
  12. Perubahan mental, seperti linglung, mengantuk, disorientasi

Jenis virus penyebab radang otak primer bisa dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

1. Virus umum.  Virus yang paling umum menyebabkan ensefalitis yaitu Herpes Simplex Virus (HSV) dan Epstein-Barr Virus (EBV). Ensefalitis yang disebabkan oleh virus herpes tergolong berbahaya. Bahkan, bisa sampai mengakibatkan kerusakan otak parah hingga berakibat fatal. Di samping itu, masih ada berbagai jenis virus lainnya yang bisa mengakibatkan ensefalitis. Misalnya virus gondok, HIV, dan sitomegalovirus.

2. Virus di masa kecil. Pemberian vaksin bisa membantu mencegah virus pada masa anak-anak yang berisiko mengakibatkan ensefalitis. Itulah mengapa virus-virus di masa kecil ini, jarang ditemukan sebagai penyebab ensefalitis jika sudah diberikan vaksinnya sejak kecil. Beberapa virus masa kecil yang dapat menyebabkan ensefalitis meliputi cacar air, campak, dan rubella.

3. Arbovirus. Arbovirus adalah jenis virus yang dibawa oleh nyamuk, kutu, dan serangga lainya. Namun, jenis virus ini lebih banyak ditemukan di Amerika, Afrika, dan Timur Tengah.

Penyebab Radang Otak Sekunder

Tidak seperti radang otak primer yang langsung menyerang jaringan otak, radang otak sekunder berbeda. Jenis ensefalitis ini merupakan hasil respon dari sistem kekebalan tubuh yang salah mendeteksi adanya infeksi di tubuh.

Alih-alih menyerang sel penyebab infeksi, sistem imun ini justru menyerang sel-sel sehat pada otak. Selain itu, berikut ini hal-hal lainnya yang dapat memicu atau memperparah kondisi ensefalitis Anda:

Riwayat infeksi sebelumnya. Peradangan dapat muncul kembali setelah sistem imun bereaksi terhadap infeksi sebelumnya.

Autoimun. Apabila sistem imun bereaksi pada penyebab lainnya seperti tumor, hal tersebut dapat menyebabkan peradangan. Kondisi kronis, seperti HIV, dapat menyebabkan peradangan secara bertahap.

Faktor-faktor risiko

1. Usia : Kelompok usia anak-anak kecil dan lansia lebih rentan mengalami radang otak. Kondisi ini juga memengaruhi kelompok orang tertentu dengan usia di antara 20-40 tahun.

2. Sistem kekebalan tubuh lemah : Orang dengan HIV/AIDS, atau menggunakan obat yang berisiko melemahkan sistem imun, dapat mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. Alhasil, kondisi ini yang kemudian meningkatkan risiko radang otak.

3. Wilayah geografis : Tinggal di daerah dengan populasi nyamuk atau kutu pembawa virus dapat meningkatkan risiko untuk mengalami radang otak.

Orang dengan kondisi ensefalitis yang relatif ringan, biasanya bisa sembuh dalam beberapa minggu setelah pengobatan. Bahkan, tanpa mengalami komplikasi jangka panjang. Namun, komplikasi dapat berkembang lebih parah hingga menimbulkan kondisi seperti:

  • Kelelahan parah
  • Kelemahan atau kurangnya koordinasi otot
  • Kepribadian berubah
  • Gangguan memori (ingatan)
  • Kelumpuhan
  • Gangguan pendengaran atau penglihatan
  • Gangguan kemampuan berbicara

Komplikasi tersebut bertahan dalam waktu yang tidak menentu. Ada yang berlangsung selama beberapa bulan saja, atau bahkan permanen alias selamanya. Dalam tingkat yang lebih serius, peradangan dapat melukai otak, sehingga kemungkinan mengakibatkan koma atau kematian.(BB)