Mengintip Zahara, ‘Kota Putih’ di Dunia yang Bebas Virus Corona

BERITABETA.COM – Di saat dunia dihebohkan dengan mewabahnya coronavirus disease (Covid-19) dengan jumlah kematian yang menakutkan, ternyata masih ada kota yang bebas dari wabah virus mematikan itu. Kota itu adalah Zahara de la Sierra, sebuah munisipalitas yang terletak di Provinsi Cádiz di perbukitan Andalusia di Spanyol Selatan.
Oleh masyarakat luas kota ini dianggap sebagai salah satu ‘pueblos blancos’ atau “kota putih” karena sebagian besar bangunannya berwarna putih. Selain itu, kota itu juga dihuni para lansia (kakek dan nenek).
Dikutip dari wikipedia.org , Zahara terletak di sebuah gunung dengan pemandangan ke lembah dan danau buatan yang dibentuk oleh bendungan yang perlu dilewati untuk dapat mengakses kota ini lewat jalur darat.
Saat pertama kali berdiri, kota Zahara de la Sierra digunakan sebagai benteng untuk menangkis serangan musuh di selatan Spanyol.
Bangsa Moor dan Kristen memperebutkan Zahara di abad pertengahan. Prancis juga sempat mengincarnya pada tahun 1812.
Zahara memang sangat strategis. Berdiri di atas bukit dengan pemandangan langsung ke seantero Andalusia. Kekayaan alam di sekitarnya juga melimpah.
Usai zaman perang, kini Zahara kembali digempur oleh musuh yang hampir tak kasat mata bernama virus corona COVID-19. Namun, sejak 14 Maret 2020, Zahara sudah memutuskan hubungan dari dunia luar demi melindungi warganya dari serangan virus yang bisa mematikan itu.
Tindakan itu dirasa tak berlebihan, mengingat banyak kakek dan nenek yang tinggal di sini. Kaum lansia, terutama yang memiliki penyakit bawaan, memang sangat rentan tertular corona.
Walikota Zahara, Santiago Galván yang masih berusia 40 tahun, memutuskan untuk memblokir empat dari lima pintu masuk ke kotanya.
Hingga saat ini belum dikabarkan ada kasus positif atau kematian akibat corona yang tercatat di antara 1.400 penduduk kota Zahara. Disaat ada banyak kasus yang terjadi di kota dan desa di luar Zahara.
“Sudah lebih dari dua minggu, dan saya pikir itu pertanda baik,” kata Galván, seperti yang dikutip dari CNN Travel pada Jumat (03/04/2020).
Langkah tegas sang walikota mendapat dukungan penuh dari penduduk kota, dan terutama kaum lansia. Hampir seperempat dari penduduk Zahara berusia lebih dari 65 tahun; ada lebih dari 30 penduduk di panti werdha.
Melindungi Kota Nan Cantik
Rumah-rumah bertembok putih dan ruas jalan di lereng bukit yang curam, ditambah benteng-benteng abad pertengahan dan perkebunan zaitun, menjadi pemandangan utama di Zahara. Satu jam berkendara mobil dari Seville, kota ini adalah salah satu objek wisata andalan di Spanyol sebelum corona mendunia.
Galván mengatakan bahwa dalam beberapa hari pertama lockdown lokal, mereka harus memulangkan rombongan turis asal Prancis dan Jerman yang tidak mengetahui aturan penguncian kota.

Pos pemeriksaan di satu pintu masuk yang masih dibuka terlihat dijaga seorang polisi. Dua pria yang mengenakan pakaian pelindung – yang biasanya digunakan untuk menyemprot kebun, terlihat sibuk menyemprot kendaraan yang masuk dengan disinfektan.
“Tidak ada kendaraan yang tidak melewati proses ini,” kata Galván.
Walikota mengakui bahwa tindakan seperti mungkin 80 persen efektif, namun dengan melakukannya ia membuat semua orang di Zahara merasa tenang.
“Kami berhasil memberikan ketenangan kepada penduduk,” katanya.
“Mereka tahu tidak ada yang ‘tidak dikenal’ yang bisa masuk ke kota.”
Tindakan pencegahan serupa telah diperkenalkan di dalam Zahara.
“Setiap Senin dan Kamis pukul 17.30, sekelompok orang mendisinfeksi kota, semua jalanan, alun-alun, dan halaman rumah,” kata Galván.
Salah satu anggota kelompok tersebut adalah petani setempat, Antonio Atienza, yang traktornya penyemprot pupuknya kini digunakan untuk menyemprot jalanan dengan disinfektan.
Pertokoan melayani pembelian dengan sistem pesan antar demi mengurangi kerumunan orang di jalanan, terutama juga untuk membantu kaum lansia yang rentan kesehatannya.
Asosiasi perempuan Zahara ikut melakukan pengantaran makanan ke rumah-rumah lansia yang masuk pemantauan fisik ringkih atau tinggal sebatang kara. Setiap hari mereka meninggalkan makanan di pintu rumah para lansia tersebut.
Anak-anak tidak ketinggalan dihibur. Kota Zahara mengoperasikan mobil karnaval. Saat berkeliling, terdengar lagu-lagu meriah dari mobil yang juga dihias lampu warna-warni itu.
“Anak-anak bisa menikmati hiburan ini dari balkon rumah mereka,” kata Galván.
Sama seperti kota-kota lain di Spanyol, sebagian besar penduduk Zahara juga hidup dari industri pariwisata. Ada 19 restoran dan bar di sini yang sekarang terpaksa tutup.
Pemerintah kota telah menganggarkan dana bantuan untuk penduduk yang kesulitan membayar listrik, air, dan pajak selama keadaan darurat nasional di Spanyol.
Bagi Galván, inisiatif itu lebih dari sekadar bantuan keuangan, namun tentang melestarikan Zahara sebagai komunitas.
Tetapi ia tahu bahwa pada akhirnya, Zahara akan membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat jika krisis ini terus berlanjut.
“Kami akan membutuhkan semacam bantuan keuangan jika krisis ini tetap berlangsung,” kata Galván yang berharap “serangan” di kota benteng Zahara segera berlalu.
Dalam sejarahnya, kota ini merupakan pos orang-orang Moor dengan pemandangan ke lembah. Karena lokasinya yang berada di antara Ronda dan Sevilla, sebuah kastil dibangun sebagai benteng pertahanan. Reruntuhan kastil Moor ini masih ada saat ini.
Hingga tahun 1407, Zahara pernah dikuasai orang Arab, namun Zahara direbut kembali oleh Keamiran Granada pada tahun 1481 dan penduduknya diperbudak. Zahara pada akhirnya direbut oleh pasukan Kastilia di bawah komando Rodrigo Ponce de León, Adipati Cadiz, pada tahun 1483 (BB-BBC)