BERITABETA.COM, Ambon –Meski dihantam pandemi Covid-19, nilai ekspor Non Migas di Maluku yang didominasi hasil laut masih membuahkan hasil yang maksimal. Terhitung periode Januari-Mei 2020 ekspor Non Migas di Maluku yang meliputi hasil laut baik ikan dan udang, tembus 29,5 juta US Dollar.

“Meskipun saat ini dilanda pandemi covid-19 sehingga menyebabkan pembatasan angkutan udara yang menjadi tumpuan ekspor langsung ikan dari Maluku, namun disisi lain, nilai ekspor non migas ini alami peningkatan yang signifikan jika dibandimgkan periode yang sama tahun 2019,”kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku, Elvis Pattiselano di Ambon, Selasa (30/6/2020).

Diakuinya, ekspor Maluku di 2020  dalam masa pandemi  memang sedikit terganggu karena pembatasan transportasi udara. Apalagi, tumpuan ekspor hasil laut yang paling rutin itu adalah ekspor tuna fresh ke Jepang yang setiap hari dilakukan saat kondisi normal.

Tetapi saat pandemi ini pembatasan angkutan udara yang hanya satu minggu dua kali. Dua bulan sebelumnya sangat mempengaruhi volume dan intensitas ekspor menurun.

“Kalau  dilihat  dari volume  ekspor Maluku 2020 Januari-Mei,   peningkatannya luar biasa jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Tahun 2020 ini nilai ekspor  Januari-Mei sudah tembus 29,5 juta USD. Angka ini sangat fantastis kalau  dibandingkan dengan tahun 2019,  dimana satu tahun saja di 2019 Januari-Desember, nilai ekspor kita cuma 14,8 juta USD,”ungkapnya.

Nilai ini, kata dia, mengalami kenaikan hampir 400 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya untuk periode yang sama, Januari-Mei.

Menurut Pattiselano, peningkatan nilai ekspor ini dipengaruhi oleh ekspor komoditi udang ke Cina oleh PT. Wahana Lestari Investama (WLI) di Opim, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah yang terus berjalan normal.

Apalagi, komoditi udang dari PT. WLI ini diangkut langsung dengan kapal dari pelabuhan perusahan.

“Ini yang membuat ekspor kita terus meningkat. Setiap bulan 40 kontainer (ekspor) ke Cina), ada yang sekali ekspor lagsung 40 kontainer ada yang sebulan 2 kali ekspor 20 kontainer satu kali jalan. Ekspor mereka tetap jalan lancar, tidak pernah putus,”bebernya.

Nilai ekspor komodoti udang dari PT. WLI ini sendiri lanjut dia,  nilainya 3,8 juta USD satu kali ekspor.  Tidak dipungkiri, PT. WLI ini menjadi penopang untuk menutupi turunnya volume ekspor ikan akibat dilanda covid.

“Jadi ikan ini menurun bukan karena tangkapan berkurang, tapi karena pembataan penerbangan itu, itu yang membuat ekspor ikan menurun. Sekarang tergantung pesawat masuk, kalau ada pesawat masuk, berarti ada ekspor. Kalau tidak ada pesawat, ikan yang ditangkap hari ini misalnya, tiak bia ekspor,”

Jika volume ekspor komoditi udang ini terus berjalan normal hingga akhir tahun 2020, kata Pattiselano, maka target capai nilai ekspor tahun 2020 dari sektor non migas yaitu sebesar 40 juta USD bisa tercapai.

“Kalau mereka tetap stabil melakukan ekspor, maka target nilai ekspor non migas kita bisa tembus 40 juta US Dollar, ditambah dengan tuna, kepiting,”terangnya.

Untuk itu, lanjutnya, mudah-mudahan kegaitan ini bisa berjalan lancar, karena pelayanan tetap dilakukan, semua stakeholder tetap lakukan pelayanan, Bea Cukai, Perindag, Balai Karantina, Angkasa Pura, operator penerbangan.

“Semua tetap berupaya berikan kemudahan-kemudahan bagi teman-teman eksportir yang menggunakan ekspor lewat udara. ekspor lewat laut juga begitu. Tapi tetap dengan pengawasan,”jelasnya.

Jika target nilai ekspor 40 juta USD bisa terpenuhi hingga akhir tahun 2020 ini,   itu berarti mengalami peningkatan sekitar 300 persen jika dibandingkan dengan realiasi tahun 2019 (BB-DIA)