BERITABETA.COM, Ambon – Satu lagi hasil riset ilmiah menambah sederet kasus pencemaran yang terjadi di laut Maluku dan berdampak terhadap biota laut yang dikonsumsi manusia.

Peneliti bidang pencemaran laut dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Corry Manulang mengungkap hasil penelitian menemukan ikan cakalang (katsuwonus pelamis) alias tongkol  telah terpapar sampah plastik.

“Dari 51 sampel ikan cakalang yang kita teliti dua di antaranya telah terpapar sampah plastik. Ikan cakalang ditelusuri saluran pencernaannya untuk melihat apakah ada sampah atau tidak, hasilnya kita temukan dua dari 51 ikan cakalang,” katanya di Ambon, Rabu (23/1/2019)

Ia mengatakan, ikan yang diteliti yakni ikan asap yang dijual para pedagang di tempat pengasapan ikan Galala. “Menurut pedagang yang menjual ikan asap, ikan cakalang tersebut ditangkap di perairan Buru,” ujarnya.

Corry mengakui, penelitian sampah plastik telah dimulai sejak tahun 2017 dan dilakukan terhadap sampah plastik yakni ukuran plastik 2,5 cm. “Ukuran tersebut lanjutnya cukup besar, tetapi tahun ini pihaknya akan fokus ke ukuran plastik yang lebih kecil yakni dibawah 0,5 cm, dan hasil penelitian ikan cakalang yang diteliti terpapar plastik,” katanya.

Diakuinya, penelitian plastik di biota laut baru dilakukan pihaknya, tetapi kandungan plastik dalam ikan dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan seperti peradangan tubuh, kematian sel, sampai kerusakan saluran pencernaan.

“Yang namanya plastik berbahaya karena dia tidak bisa terurai ketika berada di alam, tetapi kembali lagi penelitian hanya pada taraf bahaya plastik di biota bukan pada dampak yang ditimbulkan pada manusia,” ujar Corry.

Penelitian terhadap sampah plastik yang dilakukan pihaknya lebih difokuskan ke biota laut, yakni? dari penelitian luar bisa membuat usus dari ikan luka karena plastik keras.

Selain itu biota yang makan plastik bisa mengalami kenyang palsu bahkan yang terburuk bisa mengakibatkan biota laut mati. “Ikan yang makan plastik akan merasa kenyang tetapi tubuhnya tidak bisa berbohong, karena yang dimakan bukan protein atau karbohidrat sehingga berdampak pada biota jadi mengkerdil. Dampak lainnya adalah dapat mengurangi hasil kesuburan biota,” tandasnya (BB-DIO-ANT)