BERITABETA.COM, Jakarta –  Yayasan EcoNusa dan Universitas Khairun  (UNKHAIR) mengajak mahasiswa/i di Ternate, Maluku Utara untuk lebih peduli dan berkontribusi terhadap perbaikan ekosistem pesisir laut yang lebih sehat di Indonesia, khususnya di Maluku Utara.

Topik ini dibahas dalam Webinar “Sail to Campus: Maluku Utara Beraksi Lawan Plastik Sekali Pakai untuk Laut Berkelanjutan”.

Webinar ini menghadirkan narasumber Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA (Dirjen PRL Kementerian Kelautan dan Perikanan), Fachruddin Tukuboya, ST., MM (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara), Khalikudin Umasangaji, Ph.D (Peneliti Koordinator Program Studi Ilmu Kelautan UNKHAIR), Ikbal M. Nur (Nelayan dan Masyarakat Pesisir), dan Erlena Umanahu (Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan UNKHAIR).

Dalam siaran pers yang diterima readaksi beritabeta.com, Selasa malam (25/8/2020)  dijelasakan, Provinsi Maluku Utara memiliki luas wilayah 145.801 km2 terdiri dari 69,08 % merupakan lautan dan sisanya 30,92 adalah daratan. Dan secara geografis perairan Maluku Utara berada dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang atau coral triangle.

Letak geografis ini menjadikan perairan Maluku Utara memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan menjadi rumah bagi beberapa spesies karang dan berbagai jenis ikan, lumba-lumba dan penyu. Maluku Utara juga menyimpan potensi pariwisata yang sangat indah.

Sayangnya, kekayaan dan keindahan perairan Maluku Utara kini menghadapi berbagai ancaman, salah satu adalah ancaman sampah plastik.

Berdasarkan Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah membuang 3,2 juta ton sampah plastik ke laut.  Dari data tersebut diketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.

Selain itu, Indonesia masuk ke dalam lima besar negara yang berkontribusi terhadap polusi plastik di laut yang memberikan lebih dari separuh polusi plastik di laut.

Fachruddin Tukuboya, ST., MM, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara mengatakan bahwa sampah plastik merupakan salah satu permasalahan utama di Kota Ternate.

Di Kota Ternate saja jumlah sampah yang dihasilkan bisa mencapai 60 ton dalam sehari.

“Dalam upaya penanganan sampah ini, perlu adanya penegakan hukum di level peraturan daerah Kabupaten Kota, supaya dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan yang terbuang ke laut,” ujarnya.

Pencemaran laut dan daerah pesisir tentu akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir dari bidang ekonomi hingga kendaraan para nelayan.

Ikbal M.Nur, perwakilan nelayan dan masyarakat pesisir mengatakan bahwa sampah plastik yang terbuang dan mencemari wilayah pesisir desanya menyebabkan bau busuk. Ibaratnya laut ialah tempat pembuangan sampah dan bisa mendatangkan penyakit serta merusak baling-baling mesin perahu, seperti jaring ikan yg terbuang ke laut.

“Mahasiswa bisa melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penggunaan kantong plastik. Yang salah adalah manusia, bukan kantong plastik. Jadi manusia yang harus merubah kebiasaannya dalam konsumsi kantong plastik, sehingga bisa menjaga laut kita,” kata Ikbal.

Menurutnya, permasalahan sampah plastik ini menjadi salah satu isu utama yang dihadapi Indonesia, tidak hanya Maluku Utara.  Menyikapi hal ini dibutuhkan gerakan bersama dari kalangan civitas academica terutama mahasiswa sebagai generasi penentu kebijakan di masa yang akan datang.

Kontribusi nyata dalam mengubah gaya hidup dengan menolak penggunaan plastik sekali pakai dapat memberikan dampak besar bagi upaya pemerintah provinsi mengurangi sampah plastik.

Melihat pentingnya peran universitas dalam mendidik mahasiswanya melakukan perubahan nyata untuk lingkungan yang lebih sehat, maka Universitas Khairun menyatakan dukungannya untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan kampus.

Sementara Prof. DR. Husen Alting, SH., MH, Rektor Universitas Khairun membacakan pernyataan sikap Universitas Khairun tentang penggunaan plastik sekali pakai.

“Seluruh civitas academica Universitas Khairun Ternate berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai diseluruh wilayah Universitas Khairun,” tegasnya.

Dikatakan, untuk mengatasi sampah plastik, tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah tapi juga butuh aksi nyata dari publik. Terutama dari kaum muda. Untuk itu, sebagi fakta bahwa bonus demografi Indonesia akan dikuasai angkatan muda kedepannya.

“Kaum muda harus tahu, pentingnya membangun budaya yang membawa konteks bahwa anak muda mampu berkontribusi nyata dalam setiap permasalahan, salah satunya permasalahan sampah plastik,” beber Husen (BB-DIO)