Reuters : Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Indonesia Lebih dari 2.200 Orang
BERITABETA.COM, Jakarta – Kantor berita ternama Reuters yang bermarkas utama di London, Inggris menlansir sebuah kajian yang berisi tentang korban jiwa melayang (meninggal) karena virus Corona di Indonesia mencapai lebih dari 2.200 orang.
Jumlah ini disebutkan tidak tercatat secara resmi sebagai korban Covid-19 di Indonesia. Semua korban disebut meninggal dengan gejala akut Covid-19, Reuters menunjukkan data dari 16 dari 34 provinsi di Indonesia.
Tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa nasional kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka resmi 765 orang.
Dijelaskan, Indonesia memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia dan beberapa ahli epidemiologi mengatakan bahwa telah mempersulit untuk mendapatkan gambaran akurat tentang tingkat infeksi di negara terpadat keempat di dunia.
Data terbaru dari 16 provinsi menunjukkan ada 2.212 kematian pasien di bawah pengawasan karena mereka memiliki gejala coronavirus akut. Kementerian Kesehatan Indonesia menggunakan akronim PDP untuk mengklasifikasikan pasien-pasien ini ketika tidak ada penjelasan klinis lain untuk gejalanya.
Data dikumpulkan oleh lembaga provinsi setiap hari atau setiap minggu dari angka yang dipasok oleh rumah sakit, klinik dan pejabat yang mengawasi pemakaman.
Itu diperoleh oleh Reuters dengan memeriksa situs web, berbicara dengan pejabat provinsi dan meninjau laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
2.212 kematian adalah tambahan dari kematian 693 orang yang dites positif Covid-19 di provinsi-provinsi tersebut dan secara resmi dicatat sebagai korban penyakit. Ke-16 provinsi tersebut mencakup lebih dari tiga perempat dari 260 juta penduduk negara itu.
Anggota senior gugus tugas COVID-19 pemerintah, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan Reuters tetapi menolak mengomentari jumlah korban virus korona yang ia yakini dapat ditemukan di antara pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP.
Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang yang diduga penderita coronavirus di Indonesia belum diuji karena antrian panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf. Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis.
“Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup, ”katanya kepada Reuters.
Adisasmito adalah pakar kesehatan masyarakat paling senior di gugus tugas Covid-19 Indonesia dan kantor pers Presiden Joko Widodo biasanya merujuk pertanyaan kepada satuan tugas.
Menurut pedoman Covid-19 terbaru dari Departemen Kesehatan, pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP adalah mereka yang menderita penyakit pernapasan akut yang tidak ada penjelasan klinis selain coronavirus baru.
Sejumlah pejabat pemerintah sempat mengecilkan risiko wabah pada Januari dan Februari dengan beberapa menyarankan bahwa doa, pengobatan herbal, dan cuaca panas akan membantu menangkal virus.
Jumlah korban tewas sekarang adalah yang tertinggi di Asia setelah China, menurut penghitungan Reuters.
Dalam laporan Reuters sebelumnya, data pemakaman di ibu kota Jakarta pada Maret naik 40% dibandingkan jumlah rata-rata per bulan pada tahun lalu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan kepada Reuters bahwa virus corona adalah satu-satunya penjelasan yang mungkin. Sementara berdasarkan data Jakarta Tanggap Covid-19, total pemakaman yang menggunakan protap Covid-19 di Ibu Kota hingga 24 April telah mencapai 1.666.
Indonesia secara resmi mencatat 9.096 kasus virus corona hingga Senin (27/4). Rasio pengujian hanya mencapai 210 per satu juta orang. Australia telah menguji 100 kali lebih banyak dari Indonesia, sementara pengujian Vietnam sekitar 10 kali lebih tinggi.
“Tingkat infeksi dan kematian sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan populasi,” kata Iwan Ariawan, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
Sebelumnya Pemerintah dianggap kurang transparan dalam menangani pandemi ini. Namun, pemerintah memastikan telah mengambil langkah-langkah yang tepat.
Presiden Joko Widodo mengatakan bulan lalu bahwa beberapa informasi telah dirahasiakan dari publik untuk mencegah kepanikan. Namun pekan lalu, dia meminta para menterinya untuk melaporkan data Covid-19 dengan jujur. Pemerintah mengumumkan inisiatif transparansi baru penanganan corona sejak dua minggu lalu, tetapi situs web baru yang dijanjikan dengan semua data belum diluncurkan.
Ketua Asosiasi Dokter Indonesia Daeng Faqih mendesak pemerintah untuk mengungkap jumlah nasional kematian pasien yang diduga Covid-19, tetapi tidak diuji. Kantor perwakilan WHO di Indonesia juga mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa kematian akibat virus corona harus diungkapkan (BB-DIP)