BERITABETA.COM, Ambon – Ribuan warga di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Provinsi Maluku mengungsi ke hutan pada kawasan perbukitan. Mereka panik dan spontan lari meninggalkan rumah setelah gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6,8 menguncang tiga wilayah masing-masing Kota Ambon, Kabupaten Malteng dan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), pada Kamis (26/9) pukul 06.46 WIB atau 08.46 WIT.

“Ya benar, banyak warga yang lari ke hutan, karena ketakutan dan sudah membayangi terjadi tsunami. Hampir semua negeri di Pulau Saparua melakukan hal yang sama,” kata Camat Saparua Timur Halid Pattisahusiwa saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya beritabeta.com, Kamis sore (16/9/2019).

Hingga sore ini, kata Pattisahusiwa, separuh warga sudah pulang ke rumah. Namun sebagiannya lagi masih memilih berada di hutan-hutan terdekat. “Sudah ada yang turun ke kampung, seperti di Negeri Siri Sori Islam dan beberapa negeri lainnya, namun ada juga yang masih bertahan,” jelasnya.

Dijelaskan untuk mengantisipasi kondisi ini, pihaknya melalui group WhatsApp yang beranggotakan sejumlah raja di Kecamatan Saparua Timur, sudah memberikan himbauan yang berisi rilis yang disampaikan BMKG bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

“Kami sudah menghimbau agar warga di setiap negeri yang warganya mengungsi ke hutan, dapat kembali ke rumah,” tandasnya.

Sementara itu, Leo Mailissa, salah seorang pemuda asal Desa Tiouw, Kecamatan Saparua juga mengaku, di negerinya banyak warga yang masih berada di hutan, karena ketakutan.

Sejumlah warga negeri Siri Sori Islam, mengunggusi ke hutan di kawasan Dusun Tahinan Jerek, mereka panic dan ketakutan akibat gempa berkekuatan magnitude 6,8 yang terjadi pada pukul 08.26 WIT, Kamis (26/9/2019) (FOTO: ISTIMEWA)

“Ada ratusan orang yang naik ke hutan yang lokasinya disebut jalan baru. Mereka panic dan takut, sehingga memilih membuka tenda-tenda untuk sementara berada di hutan,” akuinya.

Diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis parameter gempa terjadi pada 40 km Timur Laut Ambon dengan kedalaman 10 km dan tidak berpotensi tsunami.

Guncangan gempa ini dirasakan skala V MMI di Ambon dan Kairatu. Kemudian skala II-III di Paso dan II MMI di Banda. Selanjutnya terjadi gempa susulan dengan kekuatan M 5,6 pukul 07.39 WIB dengan parameter 18 km Timur Laut Ambon – Maluku dengan kedalaman 10 km.

Dipicu Sesar Aktif

“Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa ini berkekuatan M 6,8 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M 6,5,” sebut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 3,43 LS dan 128,46 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 15,3 km arah tenggara Kota Kairatu atau 42 km arah timur laut Kota Ambon, Provinsi Maluku, pada kedalaman 10 km.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif lokal,” jelas Daryono.

Hasil analisis mekanisme sumber oleh BMKG menunjukkan gempa itu dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar (strike slip fault). Hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. (BB-DIO)