BERITABETA.COM, Saparua  - Penjabat Bupati Maluku Tengah (Malteng), Muhamat Marasabessy bersama Uskup Keuskupan Amboina,  Mgr Senno Ngutra meresmikan Gereja Katolik Stasi Santo Petrus Saparua, di Negeri Tiouw, Batu Bakar Kecamatan Saparua, Rabu (28/6/2023).

Rangkaian acara peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pembukaan papan nama Gereja Santo Petrus dilanjutkan dengan membunyikan lonceng gereja secara bersama oleh Uskup Senno Ngutra, Pj Bupati Malteng, Ketua Latupati, Sekretaris Klasis GPM PP Lease dan Camat Saparua Timur, Halil Pattisahusiwa mewakili masyarakat Muslim di Saparua.

Selanjutnya penyerahan kunci gereja dari koordinator pembangunan kepada pastor paroki RD Paul Kalkoy, yang dilanjutkan dengan pembukaan pintu gereja dan pengguntingan pita oleh Pj Ketua TP PKK Maluku Tengah, ibu Bella Marasabessy

"Saya atas nama pribadi bersama istri dan pemerintah serta masyarakat mengucapkan selamat untuk peresmian gereja Katolik Santo Petrus Saparua. Semoga gedung gereja ini dirawat dan digunakan sebagai sarana beribadah dan meningkatkan kualitas iman umat Katolik," harap Muhamat Marasabessy.

Marasabessy menegaskan bahwa gedung Gereja Katolik yang baru diresmikan merupakan bentuk perjuangan umat dan pemerintah akan selalu hadir membantu umat.

"Mari kita saling mendoakan agar tercipta kerukunanan dan kedamaian. Kita berjuang bersama membangun Saparua dan Maluku Tengah," harap Muhamat Marasabessy.

Gereja Sesungguhnya Adalah Jemaat Itu Sendiri

Pada kesempatan yang sama, Uskup Keuskupan Amboina, Mgr Senno Ngutra mengucapkan terima kasih atas kehadiran Penjabat Bupati Maluku Tengah bersama ibu, Ketua Latupati Saparua, para raja, Ketua Klasis GPM PP Lease, pendeta se-Kecamatan Saparua dan pimpinan gereja dedominasi, tokoh umat muslim, TNI dan Polri serta seluruh elemen masyarakat Saparua.

Uskup menyampaikan terima kasih atas tanah ini, masyarakatnya yang dengan penuh cinta merelakan tanahnya untuk dibangun sebuah Gedung Gereja Katolik.

“Gereja seperti ini indah, tetapi gereja ini terbangun dari batu-batu mati, semen, pasar dan lainnya. Artinya, gereja yang sesungguhnya adalah jemaat itu sendiri,” ungkap Uskup.