“Kita bangun gereja megah tetapi umat malas masuk gereja sama saja. Kalau gereja sederhana, tetapi iman umat dalam, iman umat betul-betul bagus, maka gereja itu akan ada sukacita dan kedamaian,”sambung Uskup seraya menyampaikan terima kasih kepada Pastor Paroki dan umat yang telah membangun gereja yang mungil.

Uskup Senno Ngutra berharap bahwa gereja ini hendaknya selalu digunakan untuk memuji Tuhan.

“Itu yang paling penting. Gereja atau mimbar jangan dipakai untuk marah-marah umat, atau menghukum atau mengutuk umat, karena yang keluar dari mimbar ini seperti diajarkan Tuhan Yesus adalah cinta kasih, pengampunan, belas kasihan, saling memaafkan, saling melindungi,”urai Uskup.

Uskup juga berharap kedepan jika ada basudara dari GPM atau denominasi gereja ingin menggunakan gereja ini untuk beribadah atau membuat acara-acara rohani, silahkan.

“Gereja terbuka bagi semua umat, dengan tetap memperhatikan tempat-tempat yang dikuduskan di dalam gereja,”tandasnya.

400 Umat Katolik dari Kota Ambon

Sementara itu, Pastor Paroki St Fransiskus Xaverius, RD Paul Kalkoy dalam laporannya mengatakan, Saparua punya sejarah yang luar biasa tetapi sering kali dilupakan. Namun, terbukti hari ini banyak orang baru pertama kali menginjakan kakinya di Saparua, sekitar 400 umat Katolik dari Kota Ambon dating untuk menyaksikan langsung acara peresmian dan pentahbisan gereja St Petrus Saparua.

“Umat Katolik di Saparua tidak lebih dari 22 KK dan hanya 52 jiwa, karena itu kita bawa umat dari Katedral maupun paroki-paroki di Kota Ambon datang sama-sama bersyukur untuk tempat ini. Seperti kata Paus Fransiskus, Gereja itu adalah kehadiran dari Tuhan sendiri. Gereja adalah rumah Tuhan sekaligus rumah kita,”ungkap Pastor Kalkoy.

Dijelaskan, pekerjaan pembangunan gereja memakan waktu 4 bulan, meskipun dimulai sejak tanggal 9 Oktober 2022 tahun lalu, tetapi ada banyak waktu para tukang harus libur Natal, Paskah, Tahbisan dan lain-lain, dan hanya dikerjakan 4 bulan hingga peresmian hari ini.