Catatan : Dhino Pattisahusiwa

Langit kota Ambon di waktu pagi tanggal 1 November 2025 begitu cerah. Puluhan armada speedboat mulai bergegas mengintari laut teluk Ambon.

Ada sekitar 20-an armada speedboat yang siap beroperasi. Ini bukan parade kendaraan laut, ataupun kampanye.  Pagi itu ada puluhan kepala dipimpin Wali Kota Ambon Bodewin M Wattimena yang siap menyisir setiap sudut laut teluk Ambon.

Mereka terdiri dari sejumlah pejabat Pemkot Ambon dan TNI/Polri. Agenda pagi itu adalah mengumpulkan sampah yang mengapung di laut teluk Ambon.

Luas laut Teluk Ambon yang mencapai 93,68 km², harus disasar untuk dibersikan dari sampah. Pekerjaan yang tidak gampang karena sumber sampah ada dimana-mana.

Mungkin saja dari aliran sungai, bisa saja dari aktifitas warga di sekitar teluk dan juga dari lalu lintas transportasi laut.

'Hati garu-garu' (gelisah). Demikian istilah Ambon untuk menggambarkan suasana hati sang Wali Kota, ketika melihat sampah mememuhi laut teluk Ambon. 

Pria kelahiran 14 Mei 1975  ini merasa perlu memberikan edifikasi dan edukasi kepada warganya.

Dia otentik. Tak neko-neko dengan kebijakannya yang mungkin bagi sebagian orang tidak populis. Tapi justru disitu letak kelebihan dan keberanian seorang Bodewin.

Sikap pemberani akan mampu menjadi pathfinder (penunjuk jalan) dalam situasi yang rumit untuk diselesaikan.

Kembali ke aksi pagi itu. Setelah beberapa jam mengintari laut teluk Ambon, sang Wali Kota yang didampingi Wawali Ambon, Ely Toisuta kemudian menepi di pantai Wainitu, tepatnya di Ruang Terbuka Publik (RTP).

Rombongan pulang membawa sampah sekitar 1,800 kg atau hampir 2 ton sampah yang didominasi oleh sampah plastik.

Aksi ini menjadi salah satu langkah nyata dari Wali Kota dalam menangani masalah sampah di kota Ambon.

Bodewin kemudian berpesan kepada warga agar bersikap arif dalam membuang sampah. 

Laut teluk Ambon wajib dijaga agar tidak tercemar, karena wilayah ini menjadi salah satu ikon kota Ambon.