“Tolong catat, jika tujuannya memilih saya hanya karena ingin mendapatkan materi, saya minta Bapak dan Ibu sekalian tidak usah memilih saya,”

BERITABETA.COM – Siapa tidak mengenal Tri Rismaharini? Aksinya dalam mentransformasi Surabaya menjadi lebih baik telah diganjar dengan berbagai penghargaan baik tingkat lokal, nasional, dan internasional. Kali ini, kisah inspiratif perempuan lulusan Institut Teknologi Sepuluh November ini diungkap terkait kiprahnya menjadi Walikota Surabaya.

“Saya tidak jadi walikota pun tidak apa-apa karena saya jadi wali kota bukan keinginan pribadi saya, tetapi partai yang meminta (menugaskan).”

Masa Kecil Risma

Tri Rismaharini lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 20 November 1961. Anak ketiga dari lima bersaudara ini tumbuh dan berkembang di tengah keluarga sederhana yang disiplin dan ulet. Ayah Risma bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pajak. Sementara, ibunya berstatus sebagai ibu rumah tangga. Akibat gaji PNS yang dirasa tidak cukup, ayah Risma memiliki pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Usaha sampingan ayahnya yang menjadi pemasok bahan-bahan pokok seperti beras dan gula membuat keluarga Risma dapat hidup berkecukupan bahkan masing-masing anak diurus oleh seorang pembantu. Meski begitu, Risma bukannya dimanja oleh kedua orangtuanya. Ayahnya menugaskan Risma untuk mengelola usaha keluarganya. Misalnya membuat pembukuan, mengantar barang ke pelanggan dan sebagainya. Risma pun digaji layaknya seorang karyawan sehingga ia bisa membeli barang-barang keperluan pribadi sesukanya.

Dari Keluarga Sederhana

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, karakter keras dan disiplin tinggi ayah Risma turun ke anaknya. Risma mengenang betapa ayahnya juga mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dengan membangun satu rumah khusus untuk tempat tinggal sekitar 50 anak yatim tidak mampu. Risma mengaku sering bermain dengan anak-anak itu semasa kecil. Pengalaman itulah yang membuat Risma mudah tersentuh hatinya ketika melihat anak-anak terlantar.

Ketika kecil hingga remaja, Risma rajin mengikuti berbagai kegiatan kesenian dan olahraga. Kegiatan menari ditekuni Risma sejak kelas 3 SD hingga kelas 2 SMP. Ia juga sering menerima ndangan menari dalam pada acara-acara tertentu, misalnya peringatan 17 Agustus. Namun, ketika ia pindah sekolah ke SMPN 10 Surabaya, ia meninggalkan kegiatan menarinya karena aktif mengikuti perlombaan atletik.

Risma berusaha sangat keras hingga menjadi pelari andalan Kota Pahlawan. Tidak tanggung-tanggung, Risma berhasil menduduki posisi kedua di bawah Heny Maspaitella, pelari yang saat itu sedang naik daun hingga tingkat nasional. Bahkan, Risma diperbolehkan sekolahnya, SMAN 5 Surabaya, untuk masuk sekolah pukul 10 pagi agar dapat mengikuti latihan atletik lebih dahulu. Namun, ia berhenti dari kegiatan lari saat duduk di bangku kelas 2 SMA karena merasa jenuh.

Ada cerita menarik saat Risma mengikuti ujian di sekolahnya. Ia bercerita teman-temannya telah mempunyai bocoran soal ujian dan jawaban untuk dicontek. Namun, Risma berusaha jujur dan tidak mencontek. Akibatnya,  Risma memperoleh nilai jeblok sementara teman-temannya mendapat nilai tinggi. Namun, baginya kejujuran lebih penting daripada nilai yang bagus. “Prinsip itu tetap aku pegang kuat-kuat hingga sekarang bahkan aku ajarkan kepada kedua anakku,” katanya.

Risma Sebelum Jadi Wali Kota

Setelah tamat SMA, Risma melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Awalnya, Risma bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, atas anjuran ayahnya ia memilih jurusan arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Ayahnya berharap Risma dapat segera memperoleh pekerjaan setelah ia kuliah. Ternyata, harapan ayah Risma justru terwujud bahkan sebelum Risma lulus kuliah. Risma bisa mendapat penghasilan dengan membantu proyek-proyek Pemerintah Kota Surabaya.

Lulus kuliah, Risma mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil dan diterima. Ia ditempatkan di Bojonegoro selama lima tahun sebelum dipindahkan ke Surabaya. Ketika kembali ke Surabaya, ia menempati beberapa posisi, antara lain :

  • Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (1997)
  • Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001)
  • Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001)
  • Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002)
  • Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005)
  • Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005)
  • Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008)

Selama menjadi PNS Surabaya, Risma bekerja dengan tulus sepenuh hati sambil membuat terobosan-terobosan baru bagi Surabaya. Misalnya, ketika menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, ia membuat lelang melalui internet agar dapat menghentikan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Ketika menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Risma menemukan tempat untuk bisa memberikan yang terbaik. Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan arsitektur yang dimilikinya.

Dengan jabatannya tersebut, Risma berusaha keras membuat wajah Kota Surabaya menjadi lebih indah, asri, dan bersih.  Setiap pagi sebelum masuk kerja, ibu dua anak ini bangun pagi-pagi dan mengelilingi kota untuk mengawasi petugas kebersihan kota. Sedangkan, sepulang kerja ia kembali keliling kota untuk memastikan setiap lampu penerangan jalan menyala.

Sepak terjang Risma sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya serta  Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Surabaya rupanya terdengar hingga telinga Walikota Surabaya, Bambang DH. Baginya, prestasi Risma dalam menghijaukan Kota Pahlawan juga mendongkrak nama politisi Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan itu. Hubungan antara keduanya pun berjalan dengan baik.

Kiprah Risma Menjadi Wali Kota

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini (kanan) menyerahkan soto bagi masyarakat dalam pesta rakyat usai upacara hari jadi kota Surabaya (HJKS) ke-719 di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Jatim, Kamis (31/5/2013) (FOTO: Republika.co.id)

Kedekatan Risma dan Bambang membuat PDI-P tertarik mencalonkan Risma dalam Pemilihan Walikotan Surabaya 2010. Saat itu, masa jabatan Bambang telah habis karena ia sudah menjabat selama dua periode.

Selain PDI-P, Risma juga memperoleh tawaran dari partai politik besar lainnya. Namun, ia tidak mengambil kesempatan itu karena partai tersebut meminta Risma menyetor sejumlah uang yang cukup banyak.

Selama masa kampanye, Risma tidak mau dipusingkan dengan urusan kampanye dan partai politik. Ia hanya melakukan kampanye di luar jam kerja karena ia tidak perlu mengajukan cuti. Selain itu, ia juga tidak mau menggunakan fasilitas kantor dalam mengikuti kegiatan kampanye.

Ada cerita unik selama Risma mengikuti kampanye, yaitu ketika ia ditanya seorang warga terkait imbalan yang akan didapat apabila memilih Risma. Pertanyaan itu membuat telinga Risma memerah.

“Tolong catat, jika tujuannya memilih saya hanya karena ingin mendapatkan materi, saya minta Bapak dan Ibu sekalian tidak usah memilih saya. Saya tidak jadi walikota pun tidak apa-apa karena saya jadi wali kota bukan keinginan pribadi saya, tetapi partai yang meminta (menugaskan),” kata Risma dengan nada tinggi.

Cerita unik lainnya muncul ketika hari pemungutan suara. Tidak seperti calon lain yang menunggu pengumuman penghitungan suara, Risma justru tinggal di rumah untuk beristirahat.

Hasil Pemilukada sendiri menetapkan Risma sebagai Walikota Surabaya terpilih dengan perolehan suara sebesar 86,34 persen. Dengan ini, Risma tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi walikota di Indonesia.

Selama berkiprah sebagai Walikota Surabaya, ada berbagai aksi dan perubahan yang dilakukan oleh Risma. Salah satu yang paling fenomenal tentu penutupan lokalisasi Dolly yang telah melegenda.

Penutupan Dolly ini dihadapkan oleh berbagai pro kontra mengingat di kawasan tersebut ada ratusan hingga ribuan manusia yang mencari nafkah dengan menawarkan jasa prostitusi. Sementara di sisi lain Risma menilai keberadaan lokalisasi dapat berpengaruh negatif terhadap anak-anak di sekitar sana.

Penutupan lokalisasi Dolly bukannya tanpa perlawanan. Para penghuni Dolly memberikan perlawanan terhadap petugas yang hendak menutup lokalisasi itu. Hal ini membuat Risma berniat turun langsung memimpin penutupan itu meski terdapat ancaman pembunuhan.

“Saya sudah pamit pada keluarga untuk menutup Gang Dolly tanggal 18 besok (daerah pelacuran terbesar di Asia Tenggara) kalau saya mati, ikhlaskan,” kata Risma.

Kini, penutupan Dolly pun telah menghasilkan perubahan yang lebih baik bagi wilayah itu. “Sekarang warga di Dolly dan Jarak sudah berdaya. Mulai bangkit, UMKM tumbuh, ketrampilan didapat. Dan yang terpenting anak-anak yang punya masa depat terselamatkan,” kata Risma.

Berkat keberhasilannya pada periode pertama, Risma pun kembali terpilih sebagai Walikota Surabaya pada Pemilukada Serentak 2015.

Penghargaan Risma

Sepak terjang Risma selama memimpin Surabaya membuatnya diganjar dengan berbagai penghargaan, baik tingkat nasional dan internasiona. Penghargaan yang ia menangkan antara lain :

  • Kota Terbaik Se-Asia Pasifik versi Citynet pada tahun 2012
  • Penghargaan Kota Berkelanjutan ASEAN, Enviromentally Award 2012
  • Masuk nominasi 10 wanita paling inspiratif 2013 versi Majalah Forbes pada tahun 2013
  • Meraih 2 kategori penghargaan tingkat Asia Pasifik dalam ajang FutureGov Award 2013, yakni data center melalui Data Center Pemerintah Kota Surabaya dan Data Inclusion melalui Broadband Learning Center (BLC). Menyingkirkan 800 kota di Asia Pasifik.
  • Taman Bungkul mendapatkan penghargaan pada tahun 2013 The Asian Townscape Award dari PBB.
  • Risma mendapatkan penghargaan Mayor of the Month sebagai wali kota terbaik pada Februari 2014
  • Mendapatkan penghargaan Socrates Award kategori Future City dari European Business Assembly (EBA) pada April 2014.
  • Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo pada 2015
  • Bung Hatta Anti Corruption Award 2015
    Tri Rismaharini saat pawai penghargaan dari European Business Assembly (EBA) pada tahun 2014.

Selain dihujani berbagai piala, istri Djoko Saptoadji tersebut juga ditawari berbagai posisi politik yang lebih mentereng oleh partai tempat ia bernaung, PDI-P. Pada 2016, ia sempat digosipkan akan mengikuti Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 sementara satu tahuk setelahnya ia kembali dikabarkan akan mengikuti Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018. Namun, kedua tawaran itu ditolaknya dengan alasan masih ingin mengabdi bagi Surabaya.

Dari sosok Risma, kita dapat belajar bahwa ada banyak orang yang tulus terjun dalam dunia politik demi membangun Indonesia dan mensejahterakan warganya. (***)

Sumber : kinibisa.com