Bukan Hanya Bowo Golkar, Serangan Fajar Ibarat Fenomena Gunung Es
BERITABETA.COM, Jakarta – Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap politikus Golkar Bowo Sidik Pangarso yang terkait dengan upaya serangan fajar jelang pemilihan umum dinilai ibarat fenomena gunung es. Pernyataan ini disampaikan Ketua KPK Agus Rahardjo, sebagai respons atas temuan KPK tentang 400 ribu amplop berisi uang di kantor perusahaan milik Bowo.
“Kalau saya melihatnya sebagai sinyal bahwa jangan-jangan ini seperti permukaan gunung es. Ternyata semua orang melakukan seperti itu. Ini hanya kebetulan, hanya satu (Bowo) yang ketangkap,” ucapnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
Hanya saja, kata Agus, KPK tak bisa menindak pelaku serangan fajar. Menurutnya, Bowo yang juga anggota DPR dari Golkar bisa dijaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) karena berstatus sebagai penyelenggara negara.
“KPK kan kewenangannya sulit kalau di situ orangnya belum tentu penyelenggara negara. Hanya kebetulan kemarin orangnya penyelenggara negara,” imbuh Agus.
Agus mengharapkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bisa bekerja keras dalam menindak pelaku serngan fajar. Sebab, kewenangan pengawasan pemilu ada di Bawaslu.
“KPK sangat terbatas. Ada Bawaslu dan kepolisian, saya sangat berharap mereka yang lebih aktif. Harus jauh lebih giat lagi melakukan pemantauan karena kita kemarin, contohnya menemukan amplop yang segitu banyaknya,” jelasnya.
Tidak Ada Hubungan
Sementara itu, Jumat (29/3/2019) Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo – Ma’ruf Amin (TKN Jokowi – Ma’ruf) Erick Thohir menyatakan bahwa pihaknya tidak ada hubungannya dengan 400 ribu amplop berisi duit yang ditemukan KPK di kantor perusahaan milik Bowo. Meski Golkar ikut mengusung Jokowi – Ma’ruf, namun Erick merasa keberatan jika kasus yang menyeret Bowo dikait-kaitkan dengan upaya memenangkan duet bernomor urut 01 itu.
Erick mengatakan, tak ada bukti bahwa ratusan ribu amplop di kantor Bowo untuk memenangkan Jokowi – Ma’ruf. Sebab, uang dalam amplop yang ditemukan KPK diduga untuk membeli suara pendukung Bowo di pemilihan legislatif (pileg).
“Nah, berita-berita fitnah luar biasa hari ini, (dibilang) ada hubungan dengan pilpres. Yang menyebar berita fitnah tidak mungkin kami, masak kami menusuk diri sendiri? Itu jelas bahwa tidak ada hubungannya dengan pilpres, tetapi pileg,” kata Erick (BB-ADIS)