AMSI dan Polda Maluku Gelar Diskusi Publik Tangkal Hoaks dan Literasi Digital
“Pemerintah hadir untuk mengatur kehidupan bersama-sama, mengatur langkah-langkah kebijakan bersama, sehingga setiap upaya atau kebijakan yang ditetapkan pemerintah itu kita butuh dukungan dari seluruh elemen masyarakat terutama pengguna medsos atau alat-alat komunikasi seperti handphone dalam memanfaatkan teknologi,” katanya.
Dalam menangani penyebaran berita bohong, Titus mengaku peran serta semua pihak atau masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat juga dapat menjadi pengontrol kebijakan pemerintah.
Menurutnya, dampak berita bohong umumnya menyerang pemerintah khususnya implementasi kebijakan. Akibatnya, masyarakat tidak percaya dengan pemerintah. Kemudian akan memunculkan keributan.
“Yang ketiga menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat kemudian menimbulkan opini negatif. Dia juga menurunkan reputasi baik itu pejabat dalam mengambil keputusan dan sebagainya dan yang terakhir dia merugikan masyarakat banyak. Ini adalah dampak dari berita hoax,” sebutnya.
Sementara itu, Zairin Salampessy, pakar literasi digital, mengaku dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak lebih dari 270 juta orang, tercatat pengguna handphone sebanyak lebih dari 300 juta orang.
“Ini karena ada satu orang bisa memegang handphone lebih dari satu, dua, tiga. Indonesia sendiri merupakan urutan ketiga terbesar di Asia Pasifik pengguna handphone di dunia, yang pertama Cina kemudian India,” katanya.
Menurutnya, dari data yang dilansir, pengguna media sosial terbanyak adalah WhatsApp, kemudian, Facebook dan Instagram. Selanjutnya diikuti Twitter dan lain sebagainya.
“Sehingga hoax ini tidak hanya menyasar orang awam tapi sekelas Profesor akademisi pun bisa termakan hoax. Olehnya itu setiap informasi yang diterima harus disaring dulu baru disering,” pintanya.
Menurutnya, dunia literasi digital ada 2. Yaitu Misinformasi dan Disinformasi. Misinformasi adalah informasi yang salah tapi orang percaya terhadap informasi tersebut.
“Yang kedua adalah Disinformasi yaitu informasi yang salah tapi orang tetap membagikannya. Ini yang harus diperhatikan,” katanya (*)
Editor : Redaksi