BERITABETA.COM – Standar kelulusan pelajar SMA yakni dengan Ujian Nasional (UN). Dan UN tingkat SMA telah selesai dan hasilnya telah diumumkan. Tak sedikit siswa yang kecewa dengan hasil UN nya. Namun tak sedikit pula yang mengundang decap kagum karena keberhasilannya memecahkan rekor di pelaksanaan UN 2019 tahun ini.

Salah satunya oleh Ananda Hafidh Rifai, siswa SMAN 4 Solo yang berhasil meraih nilai 100 untuk mata pelajaran  Kepada Tribunsolo.com, Hafidh mengaku tidak pernah menargetkan sebelumnya. “Saya tidak menyangka bisa dapat nilai 100, saya juga tidak ada target harus nilai seperti itu,” kata Hafidh.

Adapun Hafidh mendapat nilai 100 untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Kimia. “Tapi memang saya inginnya dapat nilai bagus, jadi saya belajar sungguh-sungguh,” katanya.

Hafidh mengatakan dirinya tidak menggunakan metode belajar khusus bahkan otodidak.”Saya tidak mengikuti bimbel juga, karena takut nanti membebani orang tua karena kan harus membayar lagi,” ucapnya.

Siswa penyuka pelajaran Fisika ini memang tidak terlahir dari keluarga mampu. Ibunya, Supatmi, sehari-hari bekerja sebagai penjual mainan anak-anak di depan sekolah dasar.”Adik saya tiga, jadi kalau pulang ke rumah saya sering bantu momong adik-adik,” ucap Hafidh. “Ibu kaget juga pas dengar saya dapat nilai 100, tapi ya senang juga,” tutur dia.

Selain mendapat nilai sempurna, Hafidh mengaku telah lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu, dirinya kini juga telah mengikuti Olimpiade Astronomi tingkat nasional. “Ini sudah masuk 8 besar, semoga bisa masuk 5 besar,” harapnya.

Ananda Hafidh Rifai bersama keluarga. Ananda Hafidh Rifai bersama keluarga.

Padahal UN 2019 Sempat Dianggap Terlampau Sulit. Seperti diketahui, UN 2019 dilaksakan dalam 2 pilihan sistem yakni: Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK) dan Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil ( UNKP).

Lantas, di media sosial, beberapa siswa beberapa waktu lalu sempat mengeluhkan tentang susahnya soal Matematika pada UNBK 2019. Keluh kesah tersebut salah satunya disampaikan di kolom komentar pada unggahan di akun resmi Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), @kemdikbud.ri.

Mengutip Kompas.com, Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan, memang terdapat beberapa pengembangan dari kisi-kisi UN Matematika yang sebelumnya telah diberikan.

“Terkait dengan soal itu, teman-teman siswa mengeluhnya sih memang tahun ini tidak seramai tahun lalu, soal matematika yang HOTS (High Order Thinking Skills) tahun lalu,” ucap Satriwan kepada Kompas.com, Kamis (4/4/2019).

“Memang ada soal yang kisi-kisinya sedikit.” “(Maksudnya) di kisi-kisinya tidak membahas panjang lebar, namun di soal ujiannya ada pengembangan dari kisi-kisi,” kata dia.

Satriwan yang saat itu juga menjadi pengawas ujian menceritakan bahwa terdapat kesalahan teknis terjadi.”Tahun ini sih keluhannya yang pertama, ada satu yang soalnya salah begitu (jawabannya tidak ada). Akhirnya secara manual pengawas harus memasukkan nama-nama siswa dan soal yang keliru itu secara online,” ujar dia.

Meskipun banyak yang mengeluh, lanjut Satriwan, beberapa siswa yang bersekolah di tempat ia mengajar tidak mengalami kesulitan berarti. Menurut Satriwan, FSGI telah melakukan komunikasi dengan Kemendikbud untuk melakukan beberapa pelatihan kepada para pengajar di Indonesia.

“FSGI tak henti-hentinya meminta Kemendikbud untuk memberi pelatihan penguasaan pembelajaran berbasis HOTS untuk para guru, sehingga didesain pembelajaran yang mendukung HOTS sejak kelas-kelas awal.”Jadi siswa dan guru tak kaget lagi jika menemukan soal dengan penalaran tingkat tinggi,” ujar dia.

Anak Sopan Tidak Macam-Macam

“Anaknya memang cenderung introvert, pendiam. Namun dia sopan dengan guru, tidak macam-macam. Dengan keluarga dia juga peduli, bahkan kalau dapat snack aja dibawa pulang untuk adik-adiknya,” kata Kepala SMAN 4 Surakarta, Agung Wijayanto seperti dikutip  detikcom, Selasa (14/5/2019).

Di kegiatan belajar mengajar sehari-hari, kata Agung, sebenarnya Hafidh merupakan anak yang biasa saja. Namun dalam ujian memang kerap mendapatkan nilai bagus.”Kesehariannya tidak menonjol, biasa saja. Tapi kalau tes, ujian memang bagus,” ujar dia.

Selama ini sekolah membebaskan biaya pendidikan untuk Hafidh. Seperti diketahui, dia adalah anak yatim dan ibunya bekerja sebagai penjual mainan. Kini Hafidh telah diterima di program studi Teknik Elektro Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta melalui jalur SNMPTN Bidikmisi. Meski biayanya telah ditanggung pemerintah, sekolah masih mengusahakan mencarikan biaya hidup untuk dia.

“Kami bersama organisasi alumni berusaha mengumpulkan dana. Paling tidak untuk biaya hidup Hafidh di sana sebelum dana Bidikmisinya diterima,” ujar Agung. (BB-DIO)