BERITABETA.COM, Masohi – Sikap Saniri Negeri Wolu yang memutuskan untuk mendesak Pemerintahan Negeri Wolu, Kecamatan Teluti, Kebupaten Maluku Tengah (Malteng) untuk menutup PAUD Sastra di negeri tersebut, ditantang  Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMMI) Cabang Malteng.

Ketua Umum PMII Cabang  Malteng, Yuslan Louhatu kepada beritabeta.com di Masohi, Minggu (21/6/2020) mengaku geram dengan sikap Saniri dan Raja Negeri Wolu, Abdullah Halluw.

Ia menegaskan, statemen yang berbau ancaman untuk untuk mencabut izin pendirian PAUD Sastra di Negeri Wolu adalah sebuah sikap dari kepemimpinan yang arogan dan antri kritik.

Rapat Saniri Negeri Wolu

“Hanya karena dikritik soal penyaluran BLT oleh pendiri PAUD Sastra, lantas memutuskan untuk menutup PAUD tersebut?. Ini namanya membunuh masa depan anak bangsa,” tegas Yuslan.

Atas sikap itu, kata Yuslan, pihaknya akan menempuh jalur lain dengan akan melaporkan ancaman itu kepada DPRD Malteng dan Dinas Pendidikan. Bila nantinya benar-benar keputusan Saniri itu berlanjut dengan kebijakan mencabut izin pendirian PAUD Sastra di negeri tersebut.

“Kami tidak diam bila ada sikap arogan yang berakibat pada dunia pendidikan di negeri ini, karena apapun alasannya, lembaga pendidikan tidak boleh dijadikan korban,” tandas Yuslan.

Menurutnya, keputusan Saniri Negeri Wolu itu ditetapkan dalam rapat yang digelar di rumah raja. Hasil rapat tersebut menekankan bahwa Saniri Negeri Wolu akan meminta Raja Negeri Wolu untuk mencabut izin operasi PAUD Sastra.

Diduga kuat, sikap ini dilatari akibat kritikan yang dilakukan oleh Nurwahyuni Haryanto pendiri PUAD Sastra yang juga salah satu kader PMII Malteng terkait penyaluran BLT di negeri itu.

“Sebagai pihak yang menjalankan fungsi kontrol, kami tetap akan membela semua kepentingan masyarakat. Terutama terkait dengan masalah pendidikan. Ini tidak boleh terjadi, sebab akan berdampak pada pendidikan anak di negeri ini,” tandas Yuslan (BB-OS)