Catatan : Dhino Pattisahusiwa

BERITABETA.COM - Ini hanya sebuah ilustrasi dan analogi yang lahir dari pengalaman bersama Kontingen Maluku pada event PON Beladiri 2025 di Kota Kudus, Jawa Tengah.

Saat suhu di kota  berjuluk kretek dan santri itu masih panas, belasan orang yang tergabung dalam Kontingen Maluku baru saja usai mengkuti acara pembukaan PON Beladiri di GOR Djarum Kaliputu.

Lapar jadi alasan waktu siang menjelang sore itu, harus segera diisi dengan makan bersama.  Dipimpin Ketum KONI Maluku Sam Latuconsina dan Kadispora Sandy Wattimena rombongan lalu mampir ke sebuah restoran yang menawarkan menu khas kota Kudus. 

Sepintas restoran itu terlihat biasa saja, tapi penuh pengunjung.  Selang beberapa menit, pelayan lalu menyajikan menu yang tampak unik.

Ada bongkahan daun pisang di atas piring. Ternyata itu kemasan dari menu yang dipesan siang itu. Sadap!! pas kemasan  daun pisang itu dibuka, "mulu mulai tar sabar par rasa".

Ada daging ayam kampung rebus yang menggoda. Hanya hitungan detik, semua lalu membuka kemasan daun pisang. 

"Padis eee....ini balimbing poll," kata-kata ini mulai terdengar disusul keringat yang mulai keluar dari bagian wajah.

Suasana seketika mulai berubah. Ada yang mulai cemas untuk lanjut makan karena takut asam lambung, ada pula yang sudah terlanjur santap dan mulai mandi keringat. 

Saat itu kalau dipakai standar nilai dari 1 sampai 10, maka rasa asam dan pedis dari menu itu ada di angka 9, nyaris tembus angka 10. Pendeknya rasa menu itu sama dengan menu asam padisnya orang Ambon (Maluku).

Pertama kali lihat tergiur, tapi kemudian semangat jadi kendor. Ini serupa dengan nasib olahraga di Maluku. Dulu bagus tapi lambat laun terpuruk. 

Nama menu itu GASASA (Garang Asam Sari Rasa).  Memang cukup garang. Serupa tampilan atlet Maluku yang terlihat 'garang' dan kuat, tapi kemudian prestasi jadi asam dan pedis di pentas nasional.

Tapi itu dulu. Sekarang sudah beda. Atlet Maluku seperti menemukan momemtum yang pas di Kota Kudus. Sama halnya dengan menemukan GASASA yang mirip dengan Asam Padis ala Maluku.

Walau tampil dengan kondisi serba Asam dan Pedis,  tapi akhirnya bisa pulang dengan 'Sari Rasa' yang selama ini hilang. 

Putra -putri Maluku harus kuat dengan rasa asam pedisnya keterbatasan, baik dari sisi fiskal yang memaksa semua kegiatan olahraga di tingkat lokal harus berkurang,  dan juga masih minimnya fasilitas penunjang.

Tapi wilayah ini, serasa bukan domain utama yang harus jadi beban pikiran, terutama para atlet dan offesial. Ini wilayah para elit karena berhubungan dengan will (kamauan).

Hal lain yang menjadi faktor dominan adalah hilangnya champion mentality (mental juara). Jika ini hilang dari jiwa atlet, maka seabrek persiapan pun akan percuma.

Membangun mental juara memang bukan hal yang mudah. Karekter ini tak bisa diharapkan langsung datang begitu saja kepada setiap individu atlet. Dia harus dibangun secara kolektif oleh sekumpulan orang yang memiliki visi besar dan mindset yang sama.

Sekiranya kondisi inilah yang mulai dibangun oleh KONI Maluku. Lewat tangan dingin seorang Sam Latuconsina bersama team worknya, karakter ini mulai terlihat nyata pada performa atlet -atlet Maluku.

Tak perlu jauh -jauh melihat kemajuan itu. Simak saja performa Arwin Ibrahim, Eka Polpoke, Marfhines Rumauru Saamena, Mira Nayo Haikutty, Sifra Stien Sasabone dan yang terakhir Thomas Marsel Murehuwei.

Para atlet ini datang tanpa target. Dalam kondisi 'Asam Padis', karena minim jam terbang dalam kompetisi lokal dan juga persiapan yang singkat, tapi akhirnya mereka menjadi Garang di arena tanding.

Benar adanya, mereka menemukan support system yang tepat. Itu semua jika dilihat dari alasan kenapa mereka hadir di PON Beladiri 2025. 

"Yang penting kita bisa berpartisipasi, bukan soal target prestasi," sekiranya itu pesan besar yang didorong Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa ketika bertemu pengurus KONI Maluku membahas soal PON Beladiri.

Dorongan awal ini kemudian menjadi "turbin" KONI Maluku bekerja ekstra dalam waktu yang terbatas. Sebagai saksi di arena tanding, saya harus bilang KONI dan Kontingen Maluku wajib bersyukur punya sosok pemantik semangat sekelas Prof Dr. Albertus Fenanlampir, M.Pd., AIFO.

Sosok yang didepak sebagai Komando Pengendali Kontingen PON Beladiri Maluku itu, punya skill berkelas dalam membangun jiwa heroisme atlet lewat pesan-pesan singkat yang luar biasa. Beliau setia  dan juga supel mendampingi atlet hingga mereka bisa bangkit.

Pendeknya, atlet Maluku sudah mulai bangkit. Faktanya, datang tanpa target di PON Beladiri 2025, tapi mampu dulang 6 medali di event nasional.

Boleh jadi perjumpaan KONI Maluku dengan menu GASASA di Kota Kudus  tempo hari,  menjadi tanda baik, bahwa setiap perjuangan mulia akan  melahirkan hasil yang memuaskan pada momentum yang tepat dan support system yang kuat.

Mari bangun olahraga Maluku dengan hati, karena setiap Asam Pedis yang dihadapi, hanya bisa dilewati dengan kebersamaan hati yang kuat (*)