Belanja Online di Masa PSBB, ‘Prepare’ Ambon Menuju ‘Smart City’
Oleh : Novita Irma Diana Magrib, ST. MT. IPM (Akademisi Universitas Kristen Indonesia Maluku )
PANDEMI corona dan kebijakan physical distancing membuat banyak orang berbisnis online shop dan masyarakat semakin marak berbelanja secara online. Menurut situs www.internetworldstats.com, meningkatnya populasi penduduk dan kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini, membuat internet menjadi salah satu fasilitas media yang banyak digandrungi.
Internet tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi saja, namun sudah memunculkan fenomena baru dalam proses jual beli barang melalui penjual online atau online shop tersebut.
Hanya dengan membuka website para pembeli sudah dapat melihat produk yang ditawarkan. Kemudahan dalam mengakses internet tersebut membuat online shop saat ini menjadi pilihan alternatif dalam berbelanja.
Belanja online akhirnya kini menjadi trend baru berbelanja disaat kurva pandemi corona belum melandai. Trend baru ini juga sekaligus “mendukung” Kota Ambon yang sedang bermetamorfosis menjadi “The Smart City” atau Kota Cerdas.
Kota yang mengarah pada pengembangan IT itu dilakukan dengan tujuan agar seluruh masyarakat Kota Ambon dapat dengan mudah mengakses internet bukan hanya kepada mereka yang berekonomi mapan, tetapi bagi seluruh masyarakat sampai pada elemen paling bawah.
Seluruh jaringan dan akses internet kepada masyarakat nantinya semakin diperbanyak, bukan hanya pada sekolah dan perguruan tinggi atau instansi pemerintah, tetapi diseluruh kawasan pemukiman warga akan dibangun akses jaringan internet, sehingga seluruh masyarakat dapat mengaksesnya.
Karena itu sebagai bagian dari upaya pemerintah mewujudkan kota Ambon sebagai “The Smart City” atau kota cerdas, pemerintah kota Ambon telah meluncurkan platform digital Ambon@ccess untuk memberikan solusi dan membantu masyarakat mengelola sumber daya yang ada, serta memberikan informasi dan memperbaiki layanan publik. Ini sesuai dengan visi Kota Ambon yang akan mengembangkan kekuatan ekonomi berbasis digital dan kerakyatan yang berkesinambungan.
Situs Ambon@ccess dibuat untuk dapat memberikan solusi dan membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada sehingga memberikan informasi yang tepat untuk tata kelolanya, dengan tujuan meningkatkan efisiensi, memperbaiki layanan publik, serta sebagai alat untuk melakukan transaksi apa pun, di mana pun dan kapan pun.
“Situs Ambon@ccess juga memungkinkan pebisnis lokal mendapatkan akses ke pasar domestik dan internasional untuk mempromosikan produk-produk seni, budaya, makanan, kerajinan tangan dan destinasi-destinasi pariwisata kota Ambon lainnya”, kata Richard Louhenapessy Wali Kota Ambon.
Adapun berkaitan dengan kondisi pandemi saat ini, maka dengan adanya berbagai Online Shop yang memberi kemudahan berbelanja seperti Ambon@cces ini dan situs yang lain seperti pi di pasar, Bali do, Maluku Online Shop, Pasar Online Ambon dll, diharapkan dapat membantu program pemerintah agar masyarakat stay at home atau “di rumah saja”, yang oleh Pemda dibuat taglinenya “Tado dirumah” dan “badiam dirumah”.
Anjuran untuk berdiam diri dirumah ini menyebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang signifikan pada online shop. “Saat ini, permintaan produk yang dicari oleh konsumen bergeser dari keinginan (wants) menjadi kebutuhan (needs),” kata Chief of Customer Experience Lazada Indonesia Ferry Kusnowo.
Ferry menuturkan ada lonjakan pembelian pada kategori kebutuhan rumah tangga, seperti sabun cuci piring dan tisu. Konsumen juga memburu produk kesehatan dan kebersihan seperti vitamin, antiseptic, masker, dan hand sanitizer. Dia menambahkan, karena adanya online shop ini perilaku konsumtif masyarakat lebih meningkat.
Perilaku konsumtif masyarakat meningkat signifikan pada kondisi saat ini karena masyarakat lebih banyak dirumah dan memiliki banyak waktu luang sehingga mendorong mereka untuk mengakses online shop dan secara tidak sadar mereka berbelanja berlebihan tanpa melihat kebutuhan yang diperlukan. Oleh karena itu masyarakat sebagai konsumen harus lebih bijaksana berbelanja sehingga tidak menimbulkan perilaku konsumtif.
Ditambah “pemain lama”, praktis persaingan bisnis belanja online semakin ketat. Sektor e-commerce atau belanja online ini juga memiliki jumlah konsumen yang cukup tinggi karena menyediakan berbagai kemudahan dalam bertransaksi. Peluang inilah yang saat ini benar-benar dimanfaatkan oleh berbagai pengusaha e-commerce atau online shop.
Mereka menyediakan berbagai macam produk yang dibutuhkan saat ini mulai dari kebutuhan rumah tangga, elektronik, pakaian, dan lain-lain. Tidak hanya itu mereka juga memberikan berbagai macam kemudahan kepada konsumen dan berbagai promosi dan tawaran lainnya seperti discount, cashback, dan bonus-bonus lainnya.
Promosi dan tawaran ini menarik minat masyarakat untuk berbelanja dengan mudah dan cepat sembari mengikuti aturan pemerintah yang berlaku selama masa pandemi corona ini tanpa perlu keluar rumah.
Dibalik segala kemudahan dan tawaran yang diberikan oleh penyedia jasa layanan online shop, sebetulnya belanja online ini memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi, mulai dari penipuan, barang terlambat atau bahkan tidak sampai, barang tidak sesuai dengan pesanan, hingga penyelewengan data pribadi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), belanja online masuk dalam lima besar sektor yang banyak dilaporkan oleh konsumen.
Urutan pertama tetap oleh perbankan, kedua adalah pinjaman online atau fintech, ketiga adalah sektor perumahan, keempat belanja online dan kelima adalah leasing. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi di kantornya, Jakarta Selatan, pada Selasa, 14 Januari 2020.
Adapun Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI sepanjang tahun 2019 telah menerima aduan sebanyak 1.871 kasus dari konsumen, dan dari total pengaduan tersebut, sebanyak 46,9 persen didominasi oleh masalah produk jasa finansial. Berdasarkan jumlahnya, pengaduan untuk perkara bank menempati porsi teratas dengan jumlah kasus 106.
Berturut-turut diikuti perkara pinjaman online sebanyak 96 kasus. perumahan 81 kasus, belanja online 34 kasus, dan leasing sebanyak 32 kasus. Adapun permasalahan belanja online yang sering diadukan kepada YLKI adalah pesanan barang yang belum sampai, cacat produk, sulitnya proses pengembalian barang, hingga proses refund atau pengembalian uang.
Tulus mengatakan, kesulitan pelanggan ini disebabkan oleh sistem layanan pengaduan kepada e-commerce yang hanya disediakan menggunakan mesin atau aplikasi.
Ada tips sederhana agar tidak menyesal atau tertipu berbelanja online pada online shop lokal maupun non lokal. Tips yang patut dipelajari agar tidak tertipu ketika belanja online adalah jangan mudah percaya dengan harga murah dan carilah online shop yang terdaftar di situs resmi.
Akhirnya semua kembali ke masyarakat, yang penting memahami trik dan tips dalam berbelanja online, supaya penyedia bisnis online shop dan yang berbelanja online sama-sama puas bertransaksi. Selamat berbelanja online di era pandemi, sebagai pra kondisi kota Ambon menuju “Smart City” atau kota cerdas.- sekian (***)